Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Tolak Tambah Dana Talangan

Kompas.com - 18/09/2011, 01:52 WIB

WROCLAW, sabtu - Usulan Menteri Keuangan Amerika Serikat Timothy Geithner agar negara-negara Zona Euro menambah cadangan dana talangan untuk membantu negara-negara anggotanya ditanggapi dingin oleh para menteri keuangan Eropa yang bertemu di kota Wroclaw, Polandia, sejak Jumat (16/9) hingga Sabtu.

Geithner, yang hadir atas undangan tuan rumah Polandia, mengusulkan agar dana Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) dinaikkan dari jumlah saat ini 440 miliar euro (Rp 5,3 kuadriliun). Dengan jumlah dana lebih besar, Zona Euro bisa lebih mudah memberikan dana talangan jika sewaktu-waktu ada negara anggotanya yang terkena krisis keuangan akibat ketidakpercayaan pasar, seperti dialami Yunani.

Zona Euro (Eurozone) beranggotakan 17 negara Eropa yang telah menggunakan euro sebagai mata uang tunggal Eropa.

Usulan itu langsung mendapat tanggapan negatif dari beberapa menteri keuangan (menkeu) Eropa. Menkeu Austria Maria Fekter mengatakan, usulan Geithner itu aneh mengingat kondisi AS saat ini yang juga sedang terbelit utang dan krisis keuangan.

”Dia (Geithner) menyampaikan secara dramatis bahwa kami perlu menyediakan uang untuk mencegah kesulitan pada sistem (keuangan). Saya pikir ini aneh. AS, yang memiliki data fundamental (ekonomi) yang secara signifikan lebih buruk dari Zona Euro, tiba-tiba mengajari kami apa yang harus kami lakukan. Dan saat kami (membalas) memberi saran, mereka langsung menolak,” tutur Fekter seusai pertemuan tertutup selama 30 menit hari Jumat itu.

Saran yang dimaksud Fekter adalah pernyataan Menkeu Jerman Wolfgang Schaeuble. Saat mendengar usulan Geithner untuk menaikkan cadangan dana talangan, Schaeuble menjawab hal itu akan sulit dilakukan karena pasti akan ditentang rakyat pembayar pajak.

Menurut Schaeuble, satu-satunya cara untuk menaikkan cadangan dana EFSF adalah menerapkan pajak transaksi keuangan, langkah yang selama ini selalu ditolak Washington. Geithner langsung menolak usulan Schaeuble itu.

Jean-Claude Juncker, Ketua Zona Euro, mengatakan, isu kenaikan dana EFSF adalah urusan internal Zona Euro yang tidak perlu dicampuri negara di luar kelompok tersebut. ”Kami tidak membicarakan perluasan atau penambahan EFSF dengan (negara-negara) non-anggota Zona Euro,” ujarnya.

Juncker juga menepis usulan Washington lainnya untuk menambah stimulus fiskal guna menggairahkan perekonomian. ”Konsolidasi fiskal tetap menjadi prioritas tinggi bagi negara-negara di kawasan (pengguna mata uang euro),” ujar Juncker.

Pajak transaksi keuangan

Meski ditolak AS di tingkat global, penerapan pajak transaksi keuangan tetap akan dibahas negara-negara Zona Euro. Negara-negara di Eropa ini berpendapat, negara berhak menarik pajak dari pengusaha sektor finansial mengingat pada saat terjadi krisis keuangan tahun 2008-2009, pemerintahlah yang terpaksa memberikan dana talangan kepada bank-bank yang terjerat masalah.

”Memang lebih baik mengatur transaksi finansial ini di tingkat dunia, tetapi itu tidak mungkin. (Jadi) kami akan melakukannya di dalam lingkungan Uni Eropa, dan jika itu juga tidak mungkin, kami akan lakukan untuk negara-negara Zona Euro,” ujar Menkeu Belgia Didier Reynders, Sabtu.

Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Jean-Claude Trichet turut angkat bicara menanggapi ”kuliah” dari Geithner dengan mengatakan, kondisi keuangan negara-negara Zona Euro secara kolektif masih lebih baik dibanding negara-negara besar lain. Menurut Trichet, defisit anggaran negara-negara Zona Euro tahun ini hanya berkisar 4,5 persen dari produk domestik bruto total. ”Jika digabungkan, (keadaan kami) itu mungkin lebih baik dibanding kekuatan-kekuatan ekonomi utama lain,” katanya.

Menanggapi reaksi dingin dari Eropa ini, Departemen Keuangan AS buru-buru mengeluarkan pernyataan untuk menepis dugaan bahwa AS ingin mendikte Eropa. Pernyataan tersebut menekankan, Geithner tak pernah mendukung ataupun menentang rancangan kebijakan apa pun yang sedang dibahas di Eropa. Apa yang ia lakukan hanya ”menyumbangkan pemikiran”. (Reuters/AFP/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com