WROCLAW, sabtu
Geithner, yang hadir atas undangan tuan rumah Polandia, mengusulkan agar dana Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) dinaikkan dari jumlah saat ini 440 miliar euro (Rp 5,3 kuadriliun). Dengan jumlah dana lebih besar, Zona Euro bisa lebih mudah memberikan dana talangan jika sewaktu-waktu ada negara anggotanya yang terkena krisis keuangan akibat ketidakpercayaan pasar, seperti dialami Yunani.
Zona Euro (Eurozone) beranggotakan 17 negara Eropa yang telah menggunakan euro sebagai mata uang tunggal Eropa.
Usulan itu langsung mendapat tanggapan negatif dari beberapa menteri keuangan (menkeu) Eropa. Menkeu Austria Maria Fekter mengatakan, usulan Geithner itu aneh mengingat kondisi AS saat ini yang juga sedang terbelit utang dan krisis keuangan.
”Dia (Geithner) menyampaikan secara dramatis bahwa kami perlu menyediakan uang untuk mencegah kesulitan pada sistem (keuangan). Saya pikir ini aneh. AS, yang memiliki data fundamental (ekonomi) yang secara signifikan lebih buruk dari Zona Euro, tiba-tiba mengajari kami apa yang harus kami lakukan. Dan saat kami (membalas) memberi saran, mereka langsung menolak,” tutur Fekter seusai pertemuan tertutup selama 30 menit hari Jumat itu.
Saran yang dimaksud Fekter adalah pernyataan Menkeu Jerman Wolfgang Schaeuble. Saat mendengar usulan Geithner untuk menaikkan cadangan dana talangan, Schaeuble menjawab hal itu akan sulit dilakukan karena pasti akan ditentang rakyat pembayar pajak.
Menurut Schaeuble, satu-satunya cara untuk menaikkan cadangan dana EFSF adalah menerapkan pajak transaksi keuangan, langkah yang selama ini selalu ditolak Washington. Geithner langsung menolak usulan Schaeuble itu.
Jean-Claude Juncker, Ketua Zona Euro, mengatakan, isu kenaikan dana EFSF adalah urusan internal Zona Euro yang tidak perlu dicampuri negara di luar kelompok tersebut. ”Kami tidak membicarakan perluasan atau penambahan EFSF dengan (negara-negara) non-anggota Zona Euro,” ujarnya.
Juncker juga menepis usulan Washington lainnya untuk menambah stimulus fiskal guna menggairahkan perekonomian. ”Konsolidasi fiskal tetap menjadi prioritas tinggi bagi negara-negara di kawasan (pengguna mata uang euro),” ujar Juncker.