Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"The Lady", Film Kehidupan Suu Kyi

Kompas.com - 15/09/2011, 04:58 WIB

Bukan perkara mudah memerankan tokoh sekarismatik pejuang demokrasi Myanmar, yang juga peraih hadiah Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi. Bahkan, artis film sekaliber Michelle Yeoh pun menganggap kesempatan itu sebagai tantangan terbesar dan terberat sepanjang tiga dekade kariernya di dunia film.

Segenap daya dan upaya dicurahkannya agar bisa total menjiwai dan menyelami tokoh Suu Kyi dalam film tentang kehidupan pejuang demokrasi itu berjudul The Lady.

Berbicara kepada pers saat pemutaran perdana film The Lady di Festival Film Internasional Toronto, Senin, 12 September lalu, Yeoh mengaku sangat mengharapkan kesempatan seperti itu.

Menurut Yeoh, memerankan tokoh sekaliber Suu Kyi membawa konsekuensi tanggung jawab yang sangat besar. Pada satu sisi, dia harus mampu menemukan sisi kemanusiaan di balik sosok ikonis itu. Namun, di sisi lain, Yeoh juga harus bisa menerjemahkan kondisi naik turun hubungan percintaan, yang dialami Suu Kyi sepanjang masa tahanan rumahnya.

”Saya sadar, ini bukan hanya peran sekali seumur hidup. Ini juga cerita yang sangat luar biasa dan memang harus dikisahkan kepada dunia,” ujar Yeoh.

”Sepanjang empat tahun terakhir, saya seolah hidup dan bernapas sebagai dirinya (Suu Kyi). Saya belajar bahasa Burma. Saya tidur dengannya dan juga bangun bersamanya. Semua itu harus dilakukan agar bisa masuk dalam kehidupan dan dunianya,” ujar Yeoh.

Film The Lady disutradarai Luc Besson asal Perancis, yang juga tenar dengan film-filmnya, seperti La Femme Nikita dan The Fifth Element. Film itu menceritakan perjalanan Suu Kyi mulai tahun 1988, saat dia kembali ke Myanmar untuk merawat ibunya yang sakit, hingga tahun 2007.

Pemerintah junta militer Myanmar menetapkan status tahanan rumah kepada Suu Kyi selama 15 tahun. Hal itu setelah Partai Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinannya menang telak dalam pemilihan umum tahun 1990.

Junta militer ketika itu membatalkan kemenangan Suu Kyi dan menolak menyerahkan kekuasaan.

Suu Kyi yang lulusan universitas bergengsi dunia, Oxford, Inggris, menikah dengan salah seorang dosen di sana, Michael Aris. Mereka dikaruniai dua anak.

Mereka terpisah saat Suu Kyi memutuskan kembali ke Myanmar. Aris mendukung perjuangan istrinya, bahkan ikut mengampanyekan perjuangan Suu Kyi sampai dinominasikan menjadi penerima Nobel.

Bertahun-tahun mereka terpisah. Pemerintah Myanmar menolak permohonan visa Aris, bahkan ketika dia didiagnosis sakit kanker dan ingin bertemu istrinya untuk terakhir kali. Aris akhirnya meninggal tahun 1999, tanpa sempat bertemu istrinya lagi. ”Kisah itu sangat menyentuh. Banyak orang tahu tentang dimensi politik terkait Suu Kyi. Namun, tak banyak yang tahu soal kisah cinta dengan belahan jiwanya itu,” ujar Yeoh. (REUTERS/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com