Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istanbul-Jerusalem-Kairo

Kompas.com - 14/09/2011, 05:03 WIB

OLEH TRIAS KUNCAHYONO

Istanbul, Jerusalem, dan Kairo, tiga pusat peradaban dunia; tiga kota sarat makna; tiga kota penuh dengan kisah sejarah umat manusia; tiga kota yang menyaksikan betapa cinta kasih dan kebencian jaraknya sangat tipis; tiga kota yang merasakan betapa persaudaraan dan permusuhan berimpitan; tiga kota yang merasakan kedamaian dan peperangan berebut saling menguasai.

Lihat saja gedung Hagia Sofia di Istanbul, Turki. Bangunan yang diresmikan pada 15 Februari 360 dan yang kini menjadi museum itu dulunya adalah gereja, lalu menjadi masjid. Di seberang Hagia Sofia berdiri tak kalah megahnya Masjid Biru atau Masjid Sultan Ahmed, yang dibangun antara tahun 1609 dan 1616 pada zaman pemerintahan Sultan Ahmed I.

Satu hal yang dicatat orang, Istanbul yang didirikan pada tahun 330 pernah menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Romawi (330-395), Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium, 395-1204 dan 1261-1453), Kekaisaran Latin (1204-1261), dan Kekalifahan Utsmaniyah (Ottoman, 1453-1922). Dan, kini ada di bawah pemerintahan Turki.

Pergi ke Istanbul harus mengunjungi kedua bangunan bersejarah itu. Entah sudah berapa banyak yang mengunjungi bangunan bersejarah itu, dan berapa banyak orang yang sudah mendaraskan doa, berbagai macam doa di tempat ibadah itu dahulu, dan mungkin sekarang juga. Tak terhingga.

Sama halnya Istanbul, Jerusalem adalah kota yang bisa bicara banyak tentang perjalanan umat manusia. Tembok Ratapan, Masjid Al Aqsa, The Dome of The Rock, dan Gereja Makam Kristus adalah beberapa tempat yang menjadi saksi perjalanan sejarah dan peradaban umat manusia dari sejak zaman sebelum Masehi hingga kini. Di kota itulah ”salam damai” selalu diteriakkan, sekaligus pada saat yang sama kebencian menyeruak masuk. Inilah kota yang hingga kini, meskipun namanya Kota Damai, menjadi pusaran konflik di Timur Tengah. Perdamaian Timur Tengah akan bergantung pada nasib Jerusalem: Jerusalem milik siapa?

Jerusalem milik siapa? Barangkali pertanyaan itu yang juga dibicarakan di Kairo, Mesir, saat ini ketika PM Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi Kairo. Kairo dan Istanbul (dan juga Ankara) saat ini sedang bersoal dengan Jerusalem (dan Tel Aviv). Hubungan mereka dengan Tel Aviv (dan Jerusalem) berada di titik terendah. Ankara mengusir Dubes Israel; Tel Aviv (Jerusalem) menarik dubesnya dari Kairo, kota yang menyimpan banyak kisah peradaban manusia sejak zaman jauh sebelum Masehi. Sejarah mencatat, Kairo telah lama menjadi pusat kehidupan kultural dan politik di kawasan Timur Tengah, dan boleh dikatakan menjadi mercusuar-nya Timur Tengah.

Kini, setelah Istanbul (Ankara) dan Kairo bersatu menghadapi Jerusalem (Tel Aviv), bagaimana cerita selanjutnya? Apakah pemerintah baru Mesir nantinya akan menuruti desakan sebagian rakyatnya untuk membatalkan perjanjian Damai Camp David dengan Israel? Bagaimana pula masa depan hubungan Turki dan Israel?

Satu hal, bersatunya Turki dan Mesir akan menempatkan Israel semakin terisolasi dan membahayakan keamanan negara Yahudi itu. Sekarang ini, Turki dengan Erdogan mulai tampil sebagai kekuatan terdepan menghadapi Israel, seperti dahulu Mesir di zaman Gamal Abdul Nasser. Adapun Mesir justru menjadi seperti Turki dahulu, dalam posisi tak jelas, hubungannya dengan Israel akan bergantung pada hasil pemilu mendatang.

Cerita Istanbul, Jerusalem, dan Kairo pun akan berlanjut.

China menyadari jejaring internet menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com