Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Wajah Arab Setelah 9/11

Kompas.com - 13/09/2011, 11:21 WIB
Satu dekade setelah serangan teroris 9/11 wajah dunia Arab tidak banyak berubah. Wajah kawasan itu masih dililit oleh angka pengangguran dan buta huruf yang tinggi, serta penghargaan terhadap hak perempuan yang buruk.

SERANGAN teroris 11 September 2001 yang menjadikan pesawat komersial sebagai 'rudal' untuk menyerang menara kembar World Trade Center di New York dan markas militer AS di Pentagon membuat dunia Arab berada dalam sorotan. Para pelaku serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang itu berasal dari dunia Arab atau turunan Arab.

Orang bertanya, ingin tahu, tentang apa yang terjadi di dunia Arab ketika itu. Mengapa kawasan tersebut bisa melahirkan para pelaku teror semacam itu.

Fareed Rafiq Zakaria, penulis, wartawan dan kolumnis untuk sejumlah media internasional antara lain untuk TIME Magazine, Washington Post, dan New York Times, dalam sebuah artikelnya di CNN.com, Senin (12/9/23011), menyebutkan bahwa pada tahun 2002 PBB telah menerbitkan sebuah laporan yang menggambarkan kondisi pembanguan dunia Arab. Ia merujuk pada laporan PBB yang ditulis sebuah komite tentang Laporan Pembangunan Arab.

Zakaria mengatakan, setelah serangan 9/11, di tengah-tengah diskusi tentang apa yang sedang terjadi di dunia Arab, mengapa kawasan itu menjadi sumber terorisme, kepala Program Pembangunan PBB (UNDP), Mark Malloch Brown, menginginkan sebuah studi tentang dunia Arab yang khusus melihat isu-isu politik, ekonomi dan sosial. Brown bersikeras, studi tersebut harus dikerjakan dan ditulis oleh orang-orang Arab sendiri sehingga tidak ada tuduhan tentang bias orang luar atau neokolonialisme. Hasilnya berupa sebuah dokumen yang secara benderang memperlihatkan apa yang terjadi di kawasan itu. Dokumen itu telah di-download orang dari internet sebanyak sejuta kali.

Laporan itu mendokumentasikan pembusukan mengerikan yang terjadi di dunia Arab. "Jika Anda ingin menjelajahi kondisi yang menghasilkan (jaringan teroris) Al Qaeda, bacalah laporan ini. Lihatlah sejumlah data statistik yang paling mengejutkan," tulis Zakaria yang juga host di CNN. Ia melanjutkan, ketika lembaga nirlaba Freedom House memetakan wilayah di dunia tentang terkait berbagai persoalan  politik dan sipil, negara-negara Arab berada di urutan terakhir.

Lihatlah kondisi ekonomi dunia Arab. Berdasarkan laporan UNDP itu, keseluruhan produk domestik bruto (PDB) Liga Arab - semuanya 22 negara termasuk Arab Saudi dan Mesir, lebih kecil dari PBD Spanyol. Lima belas persen warga Arab menganggur. Pada periode yang sama angka pengangguran rata-rata global hanya sebesar 6 persen.

Lalu tentang kondisi pendidikan. Pada tahun 2002 sebanyak 65 juta orang dewasa buta huruf. Itu berarti satu dari empat orang Arab buta huruf. Satu dari dua perempuan Arab tidak bisa membaca atau menulis. Bagi sedikit para pembaca Arab itu, tidak tersedia banyak pilihan bacaan. Seluruh wilayah itu hanya menerjemahkan total 330 buku 330 setahun. Angka itu sama dengan seperlima dari jumlah buku yang diterjemahkan Yunani setahun. Semua angka statistik ini menunjukkan betapa dunia Arab lebih buruk dari wilayah mana pun di dunia, kecuali dibanding wilayah Sub-Sahara Afrika.

Lalu, seperti apa wajah dunia Arab kini setelah satu dekade serangan teroris 11 September atau sering disebut 9/11 itu berlalu? Zakaria yang lahir dari keluarga Muslim di Mumbai, India, mengatakan, kondisi kawasan itu tidak berubah atau hampir tidak berubah. Terkait masalah pengangguran misalnya, dunia Arab sekarang mengalami tingkat pengangguran tertinggi di dunia. Jumlah rata-rata orang Arab yang tidak dapat membaca atau menulis meningkat. Sejumlah indikator lain juga memburuk. Somalia sekarang menderita bencana kelaparan yang mematikan. Dalam dekade terakhir, wilayah Darfur di Sudan menjadi wilayah yang diselubungi kejahatan massal terhadap kemanusiaan - yang masih bisa berlanjut.

Menurut Zakaria, satu-satunya indikator nyata adanya perbaikkan di wilayah itu adalah peningkatan PDB. Produk domestik bruto gabungan Liga Arab meningkat hingga empat kali lipat. Namun jangan senang dulu. Soalnya, angka-angka statistik juga menunjukkan, harga minyak naik hampir dalam kelipatan yang sama. Dan pertumbuhan berdasarkan hasil minyak tidak menetes ke bawah. Hal itu tentu saja tidak membantu puluhan juta orang Arab di negara-negara berpenduduk paling padat seperti Mesir dan Suriah yang punya sedikit minyak. Menurut data Bank Dunia, kawasan itu butuh waktu tiga dekade untuk bisa melipatgandakan rata-rata pendapatan warganya sejak tahun 1980. Sayangnya, inflasi membuat harga-harga barang di pasaran berlipat ganda hanya dalam tujuh pertama dari periode 30 tahun itu.

Sekarang gejolak di dunia Arab (Spring Arab) menjalar, mulai dari Tunisia lalu Mesir hingga Libya. Para diktator yang represif sedang digulingkan oleh kekuatan rakyat. Tak ada keraguan bahwa ini menjadi berita besar. Namun ingat, kata Zakaria, rejim-rejim Arab yang lainnya berhasil mempertahankan kekuasaan melalui berbagai upaya, mulai dari tindakan represi hingga penyuapan. Yordania, Oman, hingga Arab Saudi dan Suriah, menaikkan subsidi yang mungkin bisa menunda kemarahan rakyat tetapi itu tidak akan mengubah fakta-fakta di lapangan. Menurut Zakaria, hal pentingnya adalah bahwa demokrasi hanya akan berhasil jika data-data statistik tentang persoalan sosial mendasar terkait literasi dan pengangguran dan hak-hak perempuan membaik.

Sepuluh tahun sejak 9/11, dunia Arab tetap terkungkung dalam penyangkalan. Sebuah studi terbaru yang dilakukan Pew menunjukkan, mayoritas penduduk di semua negara Muslim berpikir bahwa orang Arab tidak bertanggung jawab atas serangan 11 September. Tiga dari empat warga Mesir, misalnya, yakin tentang hal itu, bahwa warga Arab tidak terlibat. Menurut Zakaria, itu hanya omong kosong belaka. Alih-alih percaya pada teori konspirasi yang aneh, dunia Arab mestinya fokus pada data statistik mengerikan yang disorot UNDP hampir satu dekade lalu itu.

Gejolak politik di dunia Arab saat ini hanya langkah pertama bagi negara-negara itu. Apa yang dibutuhkan sekitar 300 juta warga Arab adalah apa yang selama ini diabaikan oleh para pemimpin mereka, yaitu pendidikan, pengakuan hak-hak perempuan, reformasi ekonomi, pekerjaan dan kemerdekaan yang sesungguhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com