Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Interpol Memburu Khadafy

Kompas.com - 10/09/2011, 04:30 WIB

lyon, jumat - Interpol menerbitkan surat perintah penangkapan pemimpin Libya, Moammar Khadafy; putranya, Saif al-Islam; dan mantan kepala intelijennya, Abdullah al-Senussi, Jumat (9/9). Surat perintah atau red notice itu telah dikirimkan kepada 118 negara anggota Interpol.

Surat itu muncul setelah ada permintaan Luis Moreno-Ocampo, jaksa penuntut di Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) di Lyon, Paris, Kamis. Ia mengatakan, Interpol meminta 118 negara anggota mengambil semua tindakan yang konsisten dan sesuai hukum nasional masing-masing untuk membantu ICC mencari serta menangkap Khadafy.

Perintah penangkapan dari Interpol diharapkan mampu mencegah dan membatasi pergerakan Khadafy, Saif, dan Senussi. ”Dengan terbitnya red notice, diharapkan tidak ada kemampuan bagi ketiga buronan itu melintasi perbatasan internasional, sekaligus menjadi alasan bagi penangkapan mereka di mana pun,” kata Sekjen Interpol Ronald Noble.

Khadafy tidak saja buronan yang hendak ditangkap aparat di negaranya, tetapi juga oleh ICC. Dia harus bertanggung jawab atas tuntutan pidana serius yang telah dituduhkan kepadanya.

Lewat surat pemberitahuan penangkapan itu, polisi di negara anggota agar menangkap ketiga orang itu untuk diekstradisi atau penyerahan seseorang ke sebuah pengadilan internasional. Hakim ICC, 27 Juni, telah menyetujui permintaan Ocampo agar dikeluarkan surat penangkapan terhadap ketiga orang itu.

Mereka didakwa telah menggunakan ”kekuatan mematikan” untuk menumpas kaum oposisi. Dengan kata lain, mereka melakukan kejahatan kemanusiaan, yakni membantai rakyat sendiri yang menuntut demokratisasi. Selain melakukan kekerasan mematikan di darat, Khadafy juga sempat mengerakkan kekuatan udara untuk membantai rakyat.

Sementara Perdana Menteri de facto Libya, Mahmud Jibril, dalam pidato pertamanya di Tripoli, Jumat, memperingatkan perang saudara belum berakhir. Pertempuran sengit melawan kaum loyalis Khadafy masih berlangsung di Sirte, kota kelahiran sang pemimpin itu.

China, yang menjadi penopang paling kuat bagi Khadafy dan memiliki jaringan bisnis kuat di Libya, mengatakan siap mendukung proses rekonstruksi di negara di Afrika utara itu. ”Pertempuran untuk pembebasan belum berakhir,” kata Jibril.

Masih bergolak

Pernyataan Jibril muncul setelah tentara Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya beringsut menuju Bani Walid, di tenggara Tripoli. Namun, mereka justru disambut dengan serangan roket dari militer rezim lama. Hal itu sekaligus menunjukkan perjuangan Khadafy belum berakhir dan Libya masih terus bergolak.

NTC telah menetapkan batas waktu, yakni Sabtu ini, bagi kota- kota yang masih setia kepada Khadafy untuk menyerah. Meski demikian, Jibril memperingatkan, pasukannya akan kembali melakukan serangan ofensif lebih cepat jika mereka terus diserang. ”Kami memiliki hak untuk membela diri, bahkan sebelum batas waktu tiba,” katanya.

Pasukan NTC, Kamis, merayakan kemenangannya setelah menguasai Red Valley, 60 kilometer timur Sirte, salah satu garis pertahanan utama pasukan Khadafy. Dalam pesannya yang amat menantang di televisi, Khadafy, Kamis, mengatakan masih berada di Libya, bukan di Niger.

(AFP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com