Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompleks Khadafy Jadi Obyek Wisata

Kompas.com - 06/09/2011, 08:10 WIB
Oleh: Musthafa Abd Rahman

BAB AL-AZIZIYA menjadi prioritas kunjungan karena terlalu legendaris dalam kamus politik dunia Arab serta menjadi simbol dan sekaligus markas kekuasaan si tangan besi Moammar Khadafy selama 42 tahun.

Pada bulan April 1986, pesawat tempur AS juga membombardir kompleks Bab al-Aziziya sebagai balasan atas ledakan bom di sebuah diskotek di kota Berlin, Jerman, yang diduga kuat didalangi Khadafy.

Sejak 19 Maret 2011 berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1973, dengan dalih melindungi warga sipil Libya, pesawat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kembali menggempur kompleks Bab al-Aziziya.

Rekan wartawan Libya, Muhammad Abu Essa, amat murah hati mendampingi Kompas dengan mengantar ke Bab al-Aziziya, yang memiliki luas 6 kilometer persegi di selatan Tripoli.

Kompleks ini dibangun pada era Raja Idris al Sanusi, penguasa Libya, yang ditumbangkan Khadafy lewat kudeta. Khadafy memperluas kompleks pada tahun 1980-an. Dari arah luar, Bab al-Aziziya terlihat seperti benteng yang dikelilingi dinding tinggi berwarna hijau muda dengan pos-pos penjaga.

Kompleks tersebut dikelilingi tiga lapis pagar antipeluru dengan tinggi sekitar empat hingga lima meter dan ketebalan satu meter.

Kediaman Khadafy

Kompleks ini tampak agak angker. Bab al-Aziziya di era kekuasaan Khadafy tidak bisa dimasuki. Mendekat saja warga sudah gemetaran. Ini berubah sejak Bab al-Aziziya jatuh ke tangan pasukan oposisi pada hari Selasa (23/8). Kini, kompleks itu justru menjadi obyek wisata.

Warga Tripoli setiap hari mendatangi kompleks untuk sekadar mengambil foto kenangan atau melihat-lihat bekas kediaman mantan penguasa Libya itu. Bahkan, banyak pula warga yang datang untuk mengambil barang apa saja yang tersisa. Tak heran jika puluhan mobil warga Tripoli kini tampak keluar masuk kompleks Bab al-Aziziya seperti masuk keluar di jalan-jalan umum kota Tripoli.

Ketika Kompas memasuki bekas kediaman Khadafy, terlihat seorang ibu berusia 50 tahun mengambil bantal dari salah satu kamar Khadafy. ”Saya seperti bermimpi bisa masuk ke Bab al-Aziziya. Ini bantal masih bagus dan saya ambil sebagai kenang-kenangan,” kata wanita itu yang mengaku bernama Fatma.

Di dalam kompleks, terdapat beberapa gedung atau rumah. Ada tempat Khadafy menerima tamu-tamu asing dan pejabat tinggi Libya. Ruang-ruang ini sudah menjadi puing-puing akibat gempuran NATO.

Di kompleks itu, ada dua kediaman Khadafy, rumah sakit keluarga Khadafy, dan kolam renang keluarga Khadafy. Di bagian belakang terdapat kantor administrasi militer dan asrama pengawal Khadafy sekeluarga. Di bawah kompleks, ada beberapa bungker. Di dalam kompleks suasana sangat teduh karena dikelilingi tanaman pepohonan rindang.

Biasanya warga lebih fokus ke bekas kediaman Khadafy, yang menjadi sasaran gempuran pesawat tempur AS pada tahun 1986. Setelah digempur, kediaman itu sengaja dibiarkan tanpa renovasi.

Kediaman baru Khadafy yang dibangun di sebelah kediaman lama. Kediaman baru itu kini juga hancur dibakar oleh pasukan oposisi hari Selasa. Bau aroma kebakaran masih tercium kuat di kamar-kamar kediaman Khadafy. Di berbagai sudut kediaman Khadafy, terlihat warna hitam pekat bekas kobaran api. Barang-barang berantakan dan sebagian besar sudah dijarah.

Di balkon samping kediaman Khadafy, ada album foto tahun 1974 berisi foto Khadafy bersama pemimpin negara lain, seperti Presiden Mesir Anwar Sadat, Pemimpin Palestina Yasser Arafat, PM Pakistan Ali Bhutto, dan Presiden Aljazair Houari Boumediene.

Kesulitan hotel

Secara umum geliat kehidupan di Tripoli berangsur pulih. Namun, sebagian besar toko, hotel, restoran, dan kantor di sepanjang Jalan Omar Mukhtar dan Al Rashid, yang merupakan pusat bisnis di Tripoli, tampak masih tutup.

Lalu lintas kendaraan pada siang hari mulai ramai. Kepercayaan penduduk terhadap keamanan di kota Tripoli mulai tumbuh. Namun, kota masih berantakan. Di sana-sini terlihat tumpukan sampah yang menggunung.

Problema besar kehidupan di ibu kota Libya itu saat ini adalah aliran listrik dan air sering terputus. Bahkan, aliran air dan listrik di banyak distrik di kota Tripoli sama sekali terputus.

Bagi pendatang di kota Tripoli saat ini, dalam status dan misi apa pun, baik wartawan, diplomat, maupun tenaga lembaga kemanusiaan, pasti mengalami semacam siksaan. Hanya ada tiga hotel yang buka di Tripoli saat ini, yaitu Hotel Corinthia, Mahari, dan Al Waddan. Hotel-hotel yang bertebaran di Jalan Omar Mukhtar dan sekitarnya masih belum berani buka karena alasan keamanan.

Bagi wartawan, mendapatkan kamar hotel merupakan kesulitan tersendiri. Ketiga hotel yang sudah buka tersebut diutamakan untuk menampung para pejabat oposisi Libya yang datang dari kota Benghazi.

Kompas tatkala tiba di kota Tripoli Sabtu lalu mengalami kesulitan mendapat kamar hotel. Saat itu, Kompas langsung menuju Hotel Mahari, tempat banyak wartawan dan pejabat NTC tinggal. Namun, petugas penerima tamu langsung menjawab ”kamar sudah penuh” ketika ditanya apakah masih ada kamar kosong.

Sempat keliling mencari hotel di Tripoli, akhirnya mendapatkan kamar di Hotel Al Waddan setelah membujuk cukup lama petugas hotel. Adapun wartawan yang mendapat kamar di Hotel Mahari mengeluh karena aliran air putus dalam beberapa hari terakhir ini.

Teman wartawan Mesir yang mendapat kamar di Hotel Mahari terpaksa numpang ke Hotel Al Waddan untuk sekadar mandi. Ada sejumlah wartawan yang ingin pindah dari Hotel Mahari ke Hotel Al Waddan, tetapi ditolak karena tak ada kamar lagi.

Hotel juga tak menyediakan sarapan pagi dan makan malam karena alasan krisis bahan pokok di Tripoli saat ini. Mencari makanan di luar hotel sangat sulit karena toko dan restoran banyak yang belum berani buka.

Warga kota Tripoli juga tentu mengalami kesulitan yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com