NOFILIA, KOMPAS.com - Kelompok oposisi Libya mengutamakan cara damai untuk mendapat penguasaan atas Sirte. Menurut Menteri Pertahanan di Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya Jalal ad-Digheily, Sirte adalah kota kelahiran Moammar Khadafy. "Tapi, kami tidak percaya kalau Khadafy berada di kota itu," kata ad-Digheily.
Ad-Digheily, pada Kamis (1/9/2011) mengunjungi front di dekat Nofilia, sekitar 100 kilometer di sebelah timur Sirte, pusat utama terakhir yang berada di dalam kekuasaan pasukan yang setia kepada Khadafy. "Takkan ada serangan terhadap Sirte saat ini. Kami terus berunding untuk bisa memasuki kota tersebut secara damai," kata Ad-Digheily
NTC pada Selasa (30/8/2011) mengeluarkan ultimatum kepada sisa pasukan yang setia kepada Khadafy agar menyerah paling lambat pada Sabtu (3/9/2011). Andai mereka bersikukuh, pasukan loyalis Khadafy itu bakal menghadapi aksi militer. Tapi, sementara ini keadaan tenang.
"Para tetua suku sepakat dengan kami bahwa kami tak perlu mengobarkan perang di kota tersebut," kata komandan pasukan oposisi Yunes al-Abderi.
Ia mengatakan dirinya sangat optimistik tentang penyerahan diri secara damai. Kendati, beberapa satuan pendukung Khadafy tetap tak mau pergi.
Perundingan dengan para tetua suku berlangsung selama empat hari, katanya. Ditambahkannya, mereka biasanya melintasi garis depan untuk menemui para petinggi gerilyawan.
Ad-Digheily mengatakan berbagai upaya sedang dilancarkan bagi suatu pertemuan di Lembah Merah, jalur utama pertahanan bagi Sirte, sekitar 20 kilometer di sebelah timur kota tersebut. Itu berarti satu delegasi oposisi akan pergi ke balik garis depan pasukan Khadafy.