Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan Oposisi Terus Memburu Khadafy

Kompas.com - 01/09/2011, 02:03 WIB

Tripoli, Kompas - Pasukan oposisi meningkatkan patroli di kota Tripoli untuk memburu orang kuat Libya, Moammar Khadafy, dan pendukungnya yang masih dianggap sebagai ancaman di ibu kota Libya itu. Wartawan Kompas Musthafa Abd Rahman dari Tripoli, Rabu (31/8), melaporkan, suara tembakan dan ledakan keras masih sering terdengar pada malam hari.

Begitu memasuki kota Tripoli, akhir pekan lalu, pemandangan mencolok yang terlihat adalah pemuda bersenjata dari pasukan oposisi atau Dewan Transisi Nasional (NTC) yang berkeliaran di jalan atau di pos-pos pemeriksaan di berbagai sudut jalan.

Berjalan di kota Tripoli pun harus bersabar karena begitu banyak pos pemeriksaan. Setiap mobil harus berhenti untuk diperiksa. Di setiap distrik atau rumah tertentu juga terlihat sejumlah pemuda bersenjata yang siaga. Penduduk setiap distrik di Tripoli membuat komite rakyat bersenjata yang bertugas menjaga keamanan distrik itu.

Kehadiran pasukan NTC secara mencolok di berbagai sudut kota menunjukkan bahwa hampir 100 persen ibu kota Libya itu kini berada di bawah kontrol NTC.

Situasi keamanan di kota Tripoli pada siang hari cukup baik dan stabil. Namun, pada malam hari sering terdengar suara tembakan dan ledakan cukup dahsyat. Tidak diketahui, suara tembakan itu berasal dari pertempuran atau tembakan ke udara sebagai luapan kegembiraan yang biasa dilakukan pasukan NTC.

Banyak penduduk yang takut keluar rumah, terutama pada malam hari, kecuali untuk kepentingan darurat. Begitu banyaknya pemuda bersenjata di jalan-jalan kota Tripoli menimbulkan ketakutan tersendiri. Sulit membedakan pasukan NTC, pemuda penjahat, atau loyalis Khadafy yang menyamar.

Satu hal yang menghantui siapa pun di kota Tripoli adalah sel-sel tidur dari kelompok loyalis Khadafy, yang bisa bangun setiap saat jika ada kesempatan. Cerita tentang penembak jitu dari loyalis Khadafy, yang biasa bersembunyi di atap rumah atau dari balik jendela rumah penduduk, cukup mengganggu ketenangan siapa pun yang berada di kota Tripoli.

Empat hari

Ketua NTC Mustafa Abdel Jalil menegaskan, pihaknya memberikan tenggat empat hari, atau hingga Sabtu, kepada pasukan loyalis Khadafy untuk menyerah atau menghadapi opsi militer. Loyalis Khadafy masih menguasai beberapa kota, seperti Sirte, Jafra, dan Sabha, serta beberapa distrik di Tripoli.

”Jika hingga Sabtu tidak ada tanda-tanda mereka memilih opsi damai, kami terpaksa menggunakan kekuatan militer. Kami sebetulnya tidak menghendaki opsi ini, tetapi kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” tegas Abdel Jalil.

Senin lalu di Qatar, pada pertemuan dengan pemimpin militer negara yang terlibat dalam operasi NATO di Libya, Abdel Jalil mengatakan, Khadafy tetap menjadi ancaman terhadap Libya dan dunia.

NTC secara resmi juga meminta Aljazair mengembalikan keluarga Khadafy yang mencari perlindungan di negara itu. Istri Khadafy, Safia, putrinya, Aisha, serta dua putranya, Muhammad dan Hannibal, beserta keluarga yang lain diberitakan melintas ke wilayah Aljazair, Senin pagi. NTC menganggap tindakan Aljazair melindungi keluarga Khadafy itu sebagai aksi permusuhan.

”Kami berjanji akan menggelar pengadilan yang adil terhadap para kriminal itu. Kami menganggap tindakan Aljazair menampung keluarga Khadafy sebagai aksi permusuhan,” kata juru bicara NTC, Mahmud Shamam.

Ia memperingatkan siapa pun agar tidak memberikan perlindungan kepada Khadafy dan keluarganya. ”Kami akan terus memburunya, hingga kami menangkapnya,” ujar Shamam.

Pemerintah Aljazair beralasan, mereka menerima keluarga Khadafy semata karena faktor kemanusiaan. Akan tetapi, hal ini memperburuk hubungan diplomatik antara Libya dan Aljazair. Hingga kini, Aljazair belum mengakui eksistensi NTC dan tidak pernah meminta Khadafy mundur.

Dalam konteks perburuan keluarga Khadafy, salah seorang komandan militer Tripoli, Mahdi Al Haraki, kepada televisi Alarabiya mengungkapkan, Khamis Khadafy, putra kelima Khadafy, tewas dalam aksi baku tembak dengan pasukan oposisi di dekat Tripoli.

Al Haraki mengatakan, Khamis mengalami luka parah dalam pertempuran di sebuah tempat antara Bani Walid dan Tarhuna. Khamis lalu dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun, nyawanya tak tertolong lagi, kemudian ia dikubur di kawasan itu.

Khamis dikenal sebagai Komandan Divisi 32, pasukan elite dalam jajaran militer Khadafy.

Lembaga Human Rights Watch menuduh Divisi 32 terlibat dalam pembantaian tahanan di Tripoli, sebelum divisi tersebut mundur, menyusul masuknya oposisi ke Tripoli, pekan lalu.

Juru bicara militer NTC, Ahmad Bani, mengungkapkan, mereka memiliki informasi cukup kuat bahwa pemimpin lembaga intelijen Libya, Abdullah Sanusi, juga tewas bersama Khamis. Adapun sejumlah perwira tinggi aparat keamanan pasukan Khadafy telah menyerahkan diri dan kini diperiksa.

Ketua dewan militer kota Tripoli, Abdul Hakim Belhaj, mengungkapkan, Saadi Khadafy, putra ketiga Khadafy, telah menghubunginya dan menawarkan menyerahkan diri kepada NTC dengan imbalan mendapat jaminan keamanan.

Menteri Perminyakan dan Ekonomi NTC Ali Tarhuni mengatakan telah memiliki informasi secara umum tentang keberadaan Khadafy sekeluarga. Ia menegaskan, tuntutan minimal NTC yang tidak bisa ditawar-tawar adalah bisa menangkap Khadafy.

Keberadaan Khadafy masih simpang siur. Ada berita yang menyebutkan Khadafy bersembunyi di Sabha, ada pula yang mengatakan bahwa Khadafy bersembunyi di Sirte, kota kelahirannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com