Tripoli, Kompas -
Begitu memasuki kota Tripoli, akhir pekan lalu, pemandangan mencolok yang terlihat adalah pemuda bersenjata dari pasukan oposisi atau Dewan Transisi Nasional (NTC) yang berkeliaran di jalan atau di pos-pos pemeriksaan di berbagai sudut jalan.
Berjalan di kota Tripoli pun harus bersabar karena begitu banyak pos pemeriksaan. Setiap mobil harus berhenti untuk diperiksa. Di setiap distrik atau rumah tertentu juga terlihat sejumlah pemuda bersenjata yang siaga. Penduduk setiap distrik di Tripoli membuat komite rakyat bersenjata yang bertugas menjaga keamanan distrik itu.
Kehadiran pasukan NTC secara mencolok di berbagai sudut kota menunjukkan bahwa hampir 100 persen ibu kota Libya itu kini berada di bawah kontrol NTC.
Situasi keamanan di kota Tripoli pada siang hari cukup baik dan stabil. Namun, pada malam hari sering terdengar suara tembakan dan ledakan cukup dahsyat. Tidak diketahui, suara tembakan itu berasal dari pertempuran atau tembakan ke udara sebagai luapan kegembiraan yang biasa dilakukan pasukan NTC.
Banyak penduduk yang takut keluar rumah, terutama pada malam hari, kecuali untuk kepentingan darurat. Begitu banyaknya pemuda bersenjata di jalan-jalan kota Tripoli menimbulkan ketakutan tersendiri. Sulit membedakan pasukan NTC, pemuda penjahat, atau loyalis Khadafy yang menyamar.
Satu hal yang menghantui siapa pun di kota Tripoli adalah sel-sel tidur dari kelompok loyalis Khadafy, yang bisa bangun setiap saat jika ada kesempatan. Cerita tentang penembak jitu dari loyalis Khadafy, yang biasa bersembunyi di atap rumah atau dari balik jendela rumah penduduk, cukup mengganggu ketenangan siapa pun yang berada di kota Tripoli.
Ketua NTC Mustafa Abdel Jalil menegaskan, pihaknya memberikan tenggat empat hari, atau hingga Sabtu, kepada pasukan loyalis Khadafy untuk menyerah atau menghadapi opsi militer. Loyalis Khadafy masih menguasai beberapa kota, seperti Sirte, Jafra, dan Sabha, serta beberapa distrik di Tripoli.
”Jika hingga Sabtu tidak ada tanda-tanda mereka memilih opsi damai, kami terpaksa menggunakan kekuatan militer. Kami sebetulnya tidak menghendaki opsi ini, tetapi kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” tegas Abdel Jalil.