Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Hati-hati Amati Yoshihiko Noda

Kompas.com - 31/08/2011, 15:44 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Yoshihiko Noda yang menjadi Perdana Menteri ke-6 Jepang dalam lima tahun terakhir ini, menghadapi begitu banyak persoalan dalam negeri, termasuk masalah hubungan dengan China, mitra dagang terbesar negaranya.

Noda saat ini sedang diamati dengan hati-hati di China, menyusul berbagai komentar terakhirnya soal dukungan pada kuil di Tokyo yang menghormati mereka yang tewas dalam Perang Dunia II, termasuk penjahat perang kelas satu. Juga soal komentar Noda soal pembangunan militer China telah menciptakan kegelisahan regional.

Noda menggantikan Naoto Kan, yang mengundurkan diri di tengah hujan kritik atas penanganan pemerintah Jepang terhadap tsunami dan bencana nuklir.

Sebagai mantan Menteri Keuangan Jepang, Noda kemungkinan akan fokus pada tantangan-tantangan menghidupkan kembali ekonomi yang mandeg dan mengurangi utang nasional Jepang yang besar.

Noda pada tahun 2005, yang kemudian diulangi awal Agustus 2011 ini, mengatakan bahwa pemimpin perang Jepang yang dihukum dan diabadikan di Kuil Yasukuni, seharusnya tidak lagi dilihat sebagai penjahat.

Kunjungan ke Yasukuni oleh politisiJepang pascaperang, acapkali membuat marah tetangganya, yang lebih melihat kuil tersebut sebagai pemuliaan atas militerisme dan simbol kegagalan Tokyo untuk sepenuhnya menebus imperialisme masa lalu.

Kunjungan mantan PM Jepang Junichiro Koizumi telah memicu hubungan dingin Jepang dengan China dan Korea Selatan.

Noda (54) memilih untuk tidak mengunjungi Kuil Yasukuni tahun ini. Sejumlah analis percaya bahwa Noda tidak mungkin melakukannya sebagai perdana menteri. Noda juga tidak mungkin membuat pernyataan soal penjahat perang.
"Tidak mungkin dia melakukan itu," kata Naoto Nonaka, profesor ilmu politik di Universitas Gakushuin di Tokyo.

Koichi Nakano, profesor ilmu politik di Sophia University di Tokyo mengatakan, Noda kemungkinan mengecilkan komentar masa lalunya. "Dia tidak punya kepentingan dalam situasi rumit menciptakan suasana sengit karena ia lebih membutuhkan bekerja sama dengan negara-negara Asia untuk memulihkan ekonomi Jepang," kata Nakano.

Liang Yunziang, pakar Jepang di Peking University mengatakan, isu sejarah dan wilayah masih merupakan hal yang peka. Kepribadian dan sikap para pemimpin untuk peduli pada persoalan ini mempegaruhi hubungan yang lebih luas. "Yoshihiko Noda belum bersahabat dengan China, jadi ini bukan awal yang baik," katanya.

PM China Wen Joabao telah mengirim telegram ucapan selamat secara resmi kepada Noda dan mengajak kedua negara meningkatkan kerja sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com