Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Bekas Pacar Putra Khadafy

Kompas.com - 29/08/2011, 16:23 WIB

MODEL glamour bekas pacar putra Khadafy mengisahkan momen menakutkan ketika ia  ditangkap pemberontak yang mengancam akan 'membakarnya hidup-hidup'.

Talitha van Zon ada bersama Mutassim Khadafy lebih dari seminggu lalu ketika Mutassim masih bisa dengan tenang menenggak wiski Jack Daniels untuk merayakan kemenangan atas para pemberontak. Namun hari berikutnya, para pemberontak yang didukung jet tempur NATO melancarkan serangan mendadak ke Tripoli. Mutassim pun bergabung dengan pasukan pendukung ayahnya dan Talitha ditinggalkan.

Talitha yang disergap ketika mencoba untuk meninggalkan negara itu terpaksa kembali dan berlindung di sebuah hotel. Namun model Belanda itu kemudian diarak di depan para tentara pemberontak yang meneriakkan 'bensin, bensin'. Dia takut mereka akan 'membakarnya hidup-hidup' lalu melarikan diri dengan meloncat dari balkon hotel.

"Saya terkejut saat saya bertemu Mutassim. Dia berubah," kata Talitha kepada Sunday Telegraph pekan lalu, dari sebuah rumah sakit tempat ia dirawat karena luka-lukanya. "Itu pertama kali saya melihat dia sejak pemberontakan pecah Februari lalu. Dia berjenggot, ia duduk di sofa. Di situ berserakan senjata otomatis. Ia dijaga para pemuda umur 16 tahun yang tidak tersenyum yang menyandang senapan mesin."

Talitha mengatakan, dalam kunjungan terakhirnya ke Libya itu, sorotan mata Mutassim 'dingin'. Gambar Mutassim duduk di bawah sebuah potret ayahnya dan merencanakan perang melawan pemberontak jauh jauh dari sosok seorang playboy yang suka bersenang-senang yang ia pacari tahun 2004. Percintaan mereka hanya berlangsung tiga bulan. Menurut Talita, saat itu ada 'perempuan lain' dalam kehidupan Mutassim. Namun mereka tetap berteman dekat.

Dia ingat bagaimana dia diterbangkan ke seluruh dunia. Di Monaco Talitha mengatakan dia dibawa ke Grand Prix dan pesta makan malam yang dihadiri Putri Caroline. Sementara saat Natal ia menikmati liburan di kepulauan Karibia di Saint Barts setelah diterbangkan dengan Boeing pribadi.

Menurut Talitha, ketika Mutassim berada di Paris atau London dia akan memesan beberapa lantai dari sebuah hotel yang paling mahal dan mengisinya dengan teman-teman, dan penata rambut Italia akan didatangkan dari seluruh dunia. "Saya pernah bertanya berapa banyak yang dia belanjakan. Ia sejenak menghitung. Dia bilang 'sekitar  2 juta dollar AS'. Saya tanya, itu untuk setahun?' Ia menjawab, 'Tidak, itu sebulan'."

Hadiah yang putra Khadafy itu berikan kepada Talitha termasuk koleksi tas Louis Vuitton dan jam tangan mahal. Namun selama hubungan mereka, Talitha mengatakan, dirinya tetap berada dalam sebuah 'sangkar emas' dan hanya punya sedikit gambaran tentang kehidupan warga Libya yang tampaknya 'cukup bahagia'.

Talitha tidak pernah diizinkan bertemu Mommar Khadafy dan tidak pernah mempersoalkan punya hubungan intim dengan anak seorang tiran. Dia mengunjungi Tripoli dan tinggal di rumah pantai Mutassim yang mewah.

Talitha mengatakan, Mutassim membantah kalau rakyat Libya ditindas. Mereka punya perawatan rumah sakit dan sekolah gratis, dan roti serta beras murah, kata Mutassim kepada Talitha.

Dia mengatakan, Mutassim mengidolakan pemimpin seperti Adolf Hitler, Hugo Chavez dan Fidel Castro dan merindukan jenis keberhasilan seperti itu. Namun, ia menghabiskan hidupnya dalam bayang-bayang kakaknya, Saif, yang banyak orang anggap sebagai calon pewaris Khadafy. Mutassim diyakini pernah mencoba menggulingkan ayahnya tetapi ia diasingkan ketika upaya itu gagal. Ia diberi peran sebagai penasihat keamanan nasional tetapi oleh para pejabat Libya ia digambarkan sebagai "tidak punya kemampuan intelektual".

Talitha mengatakan, Mutassim pernah mengkonfirmasi kepadanya peran Libya dalam pembom Lockerbie yang tampaknya dilakukan untuk membalas dendam. Talitha mengatakan, "Saya bilang kepadanya korbannya warga sipil, bukan militer, dan dia berkata, 'Talitha, Amerika menyerang rumah kami di Libya dan ayah saya kehilangan seorang anak (merujuk pada pengeboman AS di Tripoli tahun 1986)'."

Pertemuan terakhir Talitha dengan Mutassim terjadi hari Jumat sebelum pemberontak menyerang Tripoli. Mutassin meninggalkan gadis itu untuk berjuang demi ayahnya. Talihta meninggalkan Libya dengan kapal kemanusiaan ke Malta pada hari Jumat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com