Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelundupan Trenggiling Digagalkan

Kompas.com - 26/08/2011, 04:12 WIB

Bandar Lampung, Kompas - Upaya penyelundupan trenggiling (Manis javanica) hidup serta ratusan kilogram daging dan sisiknya digagalkan aparat gabungan di Pringsewu, Lampung. Trenggiling ini akan diekspor ke Taiwan dan Singapura.

Dalam ekspos yang disampaikan secara tertulis kepada Kompas, Kamis (25/8), barang bukti senilai Rp 3,7 miliar yang telah disita polisi ini berupa empat ekor trenggiling hidup, 306 kg sisik, 500 kg berupa daging, dan 300 kg jeroan satwa trenggiling. Diperkirakan sekitar 200 trenggiling yang diperjualbelikan dalam berbagai bentuk ini.

Kepala Polres Tanggamus Ajun Komisaris Besar Bayu Aji mengatakan, penyitaan ribuan kilogram trenggiling dan organnya ini dilakukan pada Selasa (23/8) malam di sebuah rumah di Jalan Imam Bonjol, Pajar Esuk, Pringsewu. Polisi juga menyita sebuah mobil yang dipakai untuk mengangkut trenggiling itu.

Aparat juga menahan Wg, salah seorang tersangka yang menyimpan daging trenggiling itu. Adapun pemilik berinisial Fz masih dicari polisi. Dari hasil pemeriksaan diketahui trenggiling dan organ-organnya itu didapat dari sejumlah daerah, antara lain, Riau, Medan, Palembang, dan Lampung.

Trenggiling dan organ-organnya ini menarik sejumlah kalangan untuk diselundupkan karena harganya cukup mahal, sekitar 112 dollar AS atau sekitar Rp 950.000 per kilogram. Daging dan sisik trenggiling ini biasanya dimanfaatkan untuk bahan obat- obatan, kosmetik, dan campuran narkoba jenis sabu.

Memengaruhi ekosistem

Menurut Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Lampung Supriyanto, akibat maraknya perburuan trenggiling, populasi hewan ini terus turun. Di Indonesia, trenggiling termasuk satwa dilindungi dan terancam punah. ”Satwa ini masuk dalam Apendix II di Apendix CITES (Konvensi Perdagangan Satwa Terancam Punah),” ujar dia.

Ia khawatir, berkurangnya populasi trenggiling di alam liar akan berpengaruh langsung pada ekosistem fauna. Pasalnya, di alam, trenggiling merupakan predator alamiah rayap dan semut. ”Jika populasi trenggiling terus berkurang, akan terjadi ledakan populasi rayap dan semut sehingga bisa memengaruhi keseimbangan ekosistem,” paparnya. (jon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com