Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Melawan Rezim Khadafy

Kompas.com - 25/08/2011, 07:33 WIB

DEKLARASI kemenangan kelompok oposisi Libya belum resmi dikumandangkan. Keberadaan pemimpin otoriter negeri itu pun, Kolonel Moammar Khadafy, belum diketahui secara pasti.

Namun, Ketua Dewan Transisi Nasional (National Transitional Council/NTC) Mustafa Abdel Jalil, Rabu (24/8), sudah berani memastikan dalam delapan bulan ke depan di Libya akan menggelar pemilihan umum legislatif dan presiden. Tidak hanya itu, Jalil, bahkan berani memastikan Khadafy bakal diadili di dalam negeri Libya dan tidak akan diserahkan ke pengadilan internasional.

Pada awalnya NTC didirikan untuk mempersatukan perjuangan para pemberontak Libya untuk melawan rezim Khadafy. Dewan itu dideklarasikan pertama kali di kota Benghazi, 27 Februari 2011. Kota Benghazi sejak lama dikenal sebagai basis perlawanan kelompok penentang Khadafy, dan segera menjadi basis oposisi setelah perang saudara pecah di negeri kaya minyak itu.

Kurang dari sepekan, NTC mendeklarasikan diri sebagai satu-satunya lembaga resmi yang mewakili rakyat dan negara Libya. Deklarasi itu didukung dan diakui banyak negara, termasuk negara anggota Uni Eropa, seperti Italia, Jerman, Perancis, dan Inggris, serta beberapa negara anggota Liga Arab, seperti Jordania dan Uni Emirat Arab.

Perancis bahkan menjadi negara yang pertama kali memberikan dukungan kepada NTC, bahkan ketika dewan itu baru berumur dua hari.

”Era Khadafy sudah selesai. Konsensus kami di NTC, dia (Khadafy) dan pengikutnya akan diadili secara adil di dalam negeri. Untuk itu, kami harus menangkapnya hidup-hidup dan memperlakukannya berbeda dengan cara dia memperlakukan musuhnya,” ujar Jalil.

Keberadaan dan sosok Jalil sendiri terbilang menarik mengingat hingga Februari lalu dirinya masih menjabat sebagai Menteri Kehakiman dalam pemerintahan Khadafy. Sebagai orang kepercayaan Khadafy, Jalil sebelumnya diutus ke kota Benghazi untuk bertemu dan bernegosiasi dengan para pemberontak yang terkonsentrasi di sana.

Melihat kebrutalan cara Khadafy menangani para demonstran sipil tak bersenjata penentangnya, Jalil menyatakan berhenti dan berbalik memerangi mantan atasannya itu. Dalam hitungan hari, dia diangkat menjadi pemimpin NTC.

Jalil, yang lulusan studi hukum dan syariah (hukum Islam) di University of Libya, lahir pada tahun 1952 di kota Bayda. Kota itu terkenal dengan situs bersejarah Dinasti Sanusi, sekaligus juga menjadi salah satu daerah yang pertama kali memberontak terhadap kekuasaan Khadafy.

Setelah lulus, Jalil sempat bekerja sebagai pengacara di kantor jaksa penuntut umum di kota kelahirannya itu, kemudian menjadi hakim di pengadilan negeri di sana pada tahun 1978. Jalil ditunjuk sebagai ketua pengadilan tingkat banding pada tahun 2002 sebelum kemudian ditunjuk menjadi menteri dalam pemerintahan Khadafy pada tahun 2007.

Kelompok pejuang hak asasi manusia dan negara Barat memujinya karena berani mereformasi kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) Libya. (AFP/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com