Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil China dan Anjing Pun Dilibatkan

Kompas.com - 23/08/2011, 23:37 WIB

MISRATA, KOMPAS.com — Melihat rekaman pertempuran antara pasukan pemberontak dan pasukan pro-Khadafy di Libya, hal itu sekilas mengingatkan film Mad Max. Mobil-mobil sipil, rata-rata mobil bak terbuka (double cabin), diubah menjadi kendaraan tempur, dipasangi senapan mesin kaliber besar, atau bahkan peluncur roket multilaras.

Itu adalah bagian dari perjuangan rakyat Libya, yang sudah muak dengan represi pemerintahan tangan besi Moammar Khadafy selama hampir 42 tahun. Saat protes mereka yang disampaikan melalui demonstrasi damai, ternyata disambut dengan berondongan senapan otomatis dan peluru tank tentara pemerintah, warga pun melawan dengan segala cara, strategi, dan sarana apa pun yang mereka punya.

Di Misrata, 200 kilometer sebelah timur Tripoli, peluru pertama tentara pro-Khadafy ditembakkan ke arah para demonstran pada 19 Februari. Kurang dari sebulan kemudian, pada 17 Maret, tentara pemerintah mulai menembakkan peluru artileri, dan beberapa hari kemudian tank-tank dan para penembak jitu dikerahkan masuk ke kota pusat industri dan perdagangan Libya itu.

Pada waktu itu, warga sipil yang kemudian mendapat julukan "pasukan pemberontak" masih melawan dengan senjata seadanya, seperti bom molotov, pisau, golok, dan senapan berburu. Dalam waktu singkat, pemberontak berhasil dipojokkan di kawasan pelabuhan kota itu.

"Kami tak punya senjata, jadi kami melawan dengan apa pun yang kami temukan," kata Abo Youssef (55), seorang pengusaha katering. Namun, Youssef masih ingat bagaimana dia melihat seorang bocah berhasil melumpuhkan tank hanya dengan bermodalkan bom molotov.

Warga lain yang juga bernama Youssef (37), seorang sopir truk, bergabung dengan sekelompok orang di bagian selatan Misrata untuk melawan tentara pemerintah. Waktu itu, hanya ada satu senapan yang digunakan bergantian. "Yang lain bertugas membantu orang yang sedang membawa senapan," tutur Youssef.

Saat pertempuran makin meluas, warga Misrata kemudian mengumpulkan dana untuk membeli senjata. Para pengusaha di kota itu turut menyumbangkan uang, guna membeli persenjataan dan amunisi. Saat inilah mereka bisa mulai mendapatkan granat berpeluncur roket (RPG) dan senapan mesin kaliber besar.

Alim (21), seorang pemberontak, mengatakan, RPG adalah senjata yang paling diandalkan untuk menghadapi tank-tank Khadafy. Namun, karena jumlahnya yang masih sedikit, antara satu kelompok dan kelompok pemberontak lain biasa saling meminjamkan RPG tersebut. "Setelah ditembakkan, peluncur granat itu kami kembalikan lagi ke kelompok yang punya," tutur Alim.

Mobil gratis
Sementara itu, mobil-mobil double cabin yang mereka ubah menjadi kendaraan tempur mereka ambil gratis di pelabuhan. Mobil-mobil, yang sekilas mirip Toyota Hilux buatan Jepang itu, sebenarnya adalah mobil-mobil buatan China.

Mobil itu tidak laku dijual karena rakyat Libya menganggap kualitasnya terlalu jelek sehingga akhirnya dibiarkan menumpuk di pelabuhan. Saat perjuangan memanggil, mobil-mobil ini pun "laris manis" dan banyak berkeliaran di jalanan.

Menurut pengakuan para pemberontak, mereka mengambil begitu saja mobil itu dan menghidupan mesin dengan cara mengorsletkan kabel starter mobil seperti di film-film karena mereka tak tahu di mana kunci kontak mobil-mobil itu ditaruh.

"(Kalau bisa memilih), saya mending memilih Toyota atau truk yang lumayan bagus lainnya. Namun, ya, saya tetap bisa menggunakan ini," ungkap Alim. Mobil-mobil itu dikenal punya kelemahan di pintu bak belakang, yang suka membuka sendiri di saat yang tidak tepat.

Begitu pertempuran berkembang, para pemberontak ini menyadari bahwa tank bukanlah ancaman terbesar mereka. "Di dalam kota, kami bisa berlindung di rumah-rumah atau bangunan lain untuk bergerak mendekati tank. Kami jadi tahu, tank-tank itu ternyata bisa dihancurkan dari jarak 80 meter," ujar seorang dokter gigi bernama Ali (29), yang terlibat pertempuran di front barat Misrata.

Yang susah mereka hindari adalah para penembak jitu, yang bersembunyi di salah satu ruangan di gedung-gedung tinggi yang susah dilacak. Namun, para pemberontak pun menemukan cara untuk mengetahui posisi para sniper itu.

Salah satu kelompok pemberontak memelopori penggunaan lampu senter yang diikatkan pada seekor anjing. Saat malam hari, anjing ini dilepas di dekat gedung yang diduga menjadi tempat persembunyian penembak jitu.

Begitu melihat lampu senter berkelebat, hampir bisa dipastikan si sniper akan menembak. Tembakannya biasanya meleset karena ukuran anjing yang kecil dan gerakannya yang cepat dan lincah.

Namun, satu tembakan saja sudah cukup bagi pemberontak untuk mengetahui posisi si penembak jitu. Mereka tinggal menghabisinya dengan menembakkan RPG.

Serangan udara pesawat-pesawat tempur NATO memang sangat membantu pemberontak dalam melemahkan kekuatan militer pemerintah. Akan tetapi, kegigihan tekad dan kecerdikan para pemberontak—yang berasal dari berbagai latar belakang—itulah yang bahkan membuat para panglima NATO pun terkejut saat mereka berhasil memasuki Tripoli kurang dari sepekan setelah merebut kota Zawiya. (Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com