Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberadaan Khadafy Tidak Diketahui

Kompas.com - 22/08/2011, 14:32 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com Pemberontak Libya menguasai sebagian besar Tripoli dalam suatu kemajuan kilat. Mereka merayakan kemenangannya di Lapangan Hijau, pusat simbolis rezim Moammar Khadafy. Para pendukung Khadafy seakan meleleh seketika saat kekuasaan 42 tahun si pemimpin mulai ambruk. Namun, keberadaan Khadafy tidak diketahui dan kantong-kantong perlawanan masih ada.

Televisi negara menyiarkan permohonan getir Khadafy terhadap rakyat Libya untuk mempertahankan rezimnya. Pasukan oposisi telah menangkap dua putranya, termasuk yang digadang-gadang akan menggantikannya, Saif al-Islam. Saif bersama Khadafy menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan di Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) di Belanda. Seorang putranya lain diberitakan berada di bawah tahanan rumah.

"Sudah berakhir, kepala keriting!" teriak ratusan pria dan wanita yang berkumpul riang di Lapangan Hijau, Minggu malam. "Kepala keriting" merupakan nama julukan untuk mengejek rambut keriting Khadafy. Mereka bersukaria dan melepaskan tembakan ke udara, bertepuk tangan, dan melambaikan bendera tiga warna pemberontak. Beberapa dari mereka membakar bendera hijau rezim Khadafy dan melubangi poster-poster bergambar Khadafy.

Terobosan mengejutkan para pemberontak, setelah kebuntuan panjang dalam perang saudara enam bulan di Libya, merupakan puncak rencana yang dikoordinasikan pemberontak, NATO dan penduduk anti-Khadafy di Tripoli, kata pemimpin pemberontak. Pasukan pemberontak dari Barat melaju sejauh 30 kilometer dalam hitungan jam pada hari Minggu. Mereka menguasai kota demi kota dan sebuah pangkalan militer utama. Warga menyambut mereka. Pada saat yang sama, penduduk Tripoli yang secara diam-diam telah dipersenjatai oleh pemberontak bangkit.

Ketika pasukan pemberontak tiba di gerbang Tripoli, batalyon khusus yang dipercayakan Khadafy untuk menjaga ibu kota segera menyerah. Alasannya, sang komandan yang kakaknya telah dieksekusi Khadafy tahun lalu, secara diam-diam setia kepada pemberontak, kata seorang pejabat senior pemberontak, Fathi al-Baja, kepada The Associated Press.

Al-Baja, kepala komite politik pemberontak, mengatakan, Dewan Transisi Nasional oposisi telah bekerja selama tiga bulan terakhir untuk serangan itu. Pihaknya berkoordinasi dengan NATO dan pemberontak di Tripoli. Jaringan sel tidur didirikan di Tripoli, dipersenjatai pemberontak dengan senjata selundupan. Pada Kamis dan Jumat, NATO intensif menyerang Tripoli. Pada Sabtu, sel-sel tidur itu mulai bangkit.         

Dalam perkembangan lain, Presiden AS Barack Obama mengatakan, Libya "sedang melepaskan diri dari cengkeraman seorang tiran" dan mendesak Khadafy untuk melepaskan kekuasaan demi mencegah pertumpahan darah. "Masa depan Libya sekarang berada di tangan rakyat Libya," kata Obama dalam sebuah pernyataan dari Vineyard Martha, tempat ia sedang berlibur. Dia berjanji untuk bekerja sama dengan para pemberontak.

Senin dini hari, pasukan oposisi menguasai sebagian besar Tripoli. Perebutan Lapangan Hijau dinilai punya makna simbolis yang mendalam. Alun-alun itu merupakan tempat para pendukung Khadafy berunjuk rasa yang diselenggarakan rezim hampir saban malam. Khadafy menyampaikan pidato kepada pendukung setianya dari Benteng Merah bersejarah yang menghadap alun-alun itu.

Pemberontak dan penduduk Tripoli kini mendirikan pos-pos pemeriksaan di sekitar kota, meski kantong pasukan pro-Khadafy tetap ada. Di sebuah lokasi, para wartawan AP yang bersama pemberontak dihentikan dan disuruh untuk mengambil rute yang berbeda karena ada para penembak jitu rezim Khadafy di dekat wilayah itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com