Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberontak Libya Menang, Minyak Turun

Kompas.com - 22/08/2011, 10:58 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Kemenangan para pemberontak di Tripoli akan menekan harga minyak di tengah kekhawatiran soal pertumbuhan ekonomi global yang melemah. Perekonomian yang lemah akan menurunkan permintaan bahan bakar sehingga menekan harga minyak.  

Akan tetapi, dampaknya akan terbatas saja hingga pemimpin Tripoli yang baru dapat mengatur lagi arus minyak mentah setelah terjadi pertempuran panjang yang berlangsung berbulan-bulang. Libya merupakan eksportir minyak utama.

Produksinya juga agak terhambat belakangan ini karena ada pergolakan politik. Dalam dua pekan terakhir, pemberontak menguasai Arabian Gulf Oil Co yang dapat memproduksi hingga 180.000 barrel per hari. Mereka menyatakan menjamin keamanan fasilitas yang ada.  

Secara total, Libya saat ini memproduksi 500.000 barrel per hari dalam dua bulan, kata seorang ahli minyak Libya. Akan tetapi jumlah ini sebagian besar diserap oleh kebutuhan domestik, bukan ekspor.  

Biro konsultasi Wood Mackenzie memperkirakan akan memakan waktu sekitar tiga tahun agar negara tersebut dapat berproduksi secara normal lagi. Pada 2010, negara yang memiliki cadangan minyak terbesar di Afrika itu memproduksi 1,8 juta barrel per hari.

Pada tahun 2009 Libya mengekspor 1,5 juta barrel per hari, menempati peringkat 12 di dunia. Pergolakan di negara-negara Arab membuat harga minyak meningkat pada Februari lalu. Harga minyak utama Eropa, Brent naik hingga mencapai 126,65 dollar AS Februari lalu. Eropa yang menerima separuh dari ekspor minyak Libya menderita karena pergolakan ini.  

Harapan penurunan harga minyak dapat membantu perekonomian AS dan Eropa yang sedang terpuruk. Mereka telah mendapatkan keuntungan dari penurunan harga minyak belakangan ini. Harga Brent turun 14 persen sejak Mei dan harga minyak AS turun 38 persen.  

"Kami berharap harga minyak akan turun lagi, jika produksi minyak Libya sudah kembali dan masuk lagi ke pipa-pipa. Mungkin harga akan turun banyak," ujar David Kotok, pimpinan Cumberland Advisors.  

Akan tetapi, diperlukan waktu lagi untuk menurunkan harga minyak. Gejolak di Suriah juga masih belum terselesaikan. Sehingga para pembeli minyak mentah Libya harus bersabar dahulu. Gangguan produksi di Libya membuat perbedaan antara harga Brent dan minyak AS semakin besar. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com