Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolusi Arab Merambah ke Israel

Kompas.com - 19/08/2011, 07:44 WIB

Pemerintah Israel saat itu mulai menerapkan kebijakan privatisasi yang membuka jalan bagi pengusaha untuk mencengkeram ekonomi negara. Pada 1986, Pemerintah Israel menjual 90 perusahaan negara ke swasta. Tahun demi tahun privatisasi itu semakin dirasa lebih banyak menimbulkan kerugian daripada keuntungan.

Modal dan pasar lapangan kerja dikuasai pengusaha kaya yang melahirkan diktator pengusaha sehingga yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Kondisi kehidupan di Israel semakin buruk, yang ditandai dengan penurunan tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Kenaikan harga, khususnya properti, tidak bisa dikendalikan lagi. Mustahil bagi pemuda yang baru bekerja untuk membeli rumah. Bahkan, sekadar menyewa pun mereka kesulitan. Harga sewa rumah sebulan di Tel Aviv rata-rata 4.500 shekel atau sekitar 1.300 dollar AS. Itu berarti sekitar 60 persen penghasilan rata-rata warga kota Tel Aviv digunakan untuk menyewa rumah. Harga sewa rumah sebulan di Jerusalem rata-rata 3.700 shekel atau sekitar 1.050 dollar AS.

Jika mau membeli rumah, harganya gila-gilaan. Harga rumah dengan luas hanya 96 meter persegi yang terdiri atas tiga kamar di kota pantai Netanya mencapai 1,18 juta shekel atau sekitar 300.000 dollar AS. Harga rumah di Tel Aviv dan Jerusalem dengan luas yang sama jauh lebih mahal, bisa mencapai 500.000 dollar AS.

Semula hanya sekelompok pengunjuk rasa menggelar aksi di depan Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menuntut pemerintah mundur. Hari demi hari unjuk rasa semakin meluas ke kota-kota di seantero Israel hingga jalan utama di kota-kota itu diduduki demonstran.

PM Netanyahu segera membentuk komite menteri untuk mempelajari tuntutan pengunjuk rasa. Pemerintah berjanji menurunkan harga properti dan kebutuhan pokok. Netanyahu pun menawarkan penurunan harga tanah yang akan dibangun untuk perumahan rakyat hingga 50 persen.

Namun, para pengunjuk rasa tidak langsung percaya janji pemerintah itu. Mereka bahkan menuduh pemerintah hanya menunda-nunda menyelesaikan masalah.

Ketua Knesset (Parlemen Israel) Reuven Rivlin memperingatkan, jika tuntutan pengunjuk rasa tidak segera dipenuhi, tidak tertutup kemungkinan akan digelar pemilu dini yang bisa menumbangkan pemerintahan PM Netanyahu.

Para analis di Israel juga memperingatkan PM Netanyahu akan bernasib seperti Hosni Mubarak di Mesir dan Zine al-Abidine Ben Ali di Tunisia yang didongkel lewat perlawanan rakyat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com