Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Diizinkan Lihat Bangkai "Stealth"

Kompas.com - 15/08/2011, 08:08 WIB

ISLAMABAD, KOMPAS.com- Meski sudah diperingatkan oleh AS agar tidak memberi akses kepada siapa pun untuk melihat apalagi menyentuh reruntuhan helikopter AS yang dipakai menyerang rumah Osama bin Laden, Pakistan secara diam-diam ternyata telah mengizinkan China meneliti bangkai heli tersebut.

Demikian diungkapkan surat kabar Inggris, Financial Times edisi Minggu (14/8/2011). Surat kabar bisnis tersebut mengutip sumber-sumber dari "lingkaran intelijen" yang menyebut Pakistan telah mengizinkan pihak intelijen China mengambil foto reruntuhan helikopter itu, dan bahkan mengambil sampel kulit pelapis badan heli yang membuat heli itu memiliki kemampuan stealth alias tak terdeteksi radar.

"AS sekarang memiliki informasi bahwa Pakistan, terutama ISI (Inter-Services Intelligence, dinas intelijen Pakistan) telah memberi akses kepada pihak militer China untuk melihat heli yang jatuh di Abbottabad itu," tutur sumber yang tak disebutkan namanya ini.

Militer AS menggunakan dua heli Black Hawk yang sudah dimodifikasi untuk mengangkut para prajurit SEAL Team Six dari Afganistan ke Abbottabad, Pakistan, untuk menyerbu rumah persembunyian Osama bin Laden, awal Mei lalu. Pemimpin Al Qaeda itu tewas dalam serbuan tersebut, tetapi salah satu heli AS mengalami masalah teknis dan jatuh di halaman rumah Osama.

Sesuai prosedur standar militer AS, heli baru yang masih sangat rahasia itu langsung diledakkan oleh pasukan SEALs sebelum mereka pergi meninggalkan lokasi tersebut. Akan tetapi, potongan bagian ekor heli, yang terdiri atas sayap tegak, sayap horizontal, dan baling-baling belakang, tertinggal utuh di luar pagar rumah Osama.

Foto potongan helikopter ini kemudian menjadi bahan diskusi riuh di kalangan pengamat militer di internet, karena sama sekali tak menunjukkan ekor heli Black Hawk yang selama ini dikenal. AS diduga menggunakan heli jenis baru yang telah menerapkan teknologi stealth.

Reruntuhan heli itu langsung diamankan oleh pihak militer Pakistan, dan dinas intelijen AS, CIA, mewanti-wanti untuk tidak mengizinkan siapa pun melihatnya karena khawatir teknologi kunci heli tersebut akan jatuh ke tangan musuh. Pakistan akhirnya mengembalikan reruntuhan heli itu ke AS setelah Senator John Kerry dari AS mengunjungi Pakistan, akhir Mei.

Jika laporan Financial Times itu benar, hubungan Pakistan dan AS bisa kembali terguncang. Hubungan kedua negara memburuk setelah serangan ke Abbottabad itu. Pakistan marah karena AS melakukan operasi militer di wilayahnya tanpa izin. Sementara AS curiga ada orang dalam di Pakistan yang sengaja melindungi Osama selama sepuluh tahun terakhir.

Saat dikonfirmasi Reuters, Senin WIB, seorang pejabat tinggi militer AS mengakui ada alasan kuat untuk meyakini Pakistan telah memberi akses ke China. Namun, ia tak bisa mengkonfirmasi bahwa hal itu benar-benar telah terjadi.

China sendiri memang sedang giat mengembangkan industri senjata dalam negerinya, termasuk berusaha menguasai teknologi stealth ini. Januari lalu, China melakukan uji terbang perdana pesawat tempur berteknologi siluman buatan sendiri.

Mendapatkan kunci teknologi stealth ini langsung dari produk AS—satu-satunya negara yang telah mengoperasikan pesawat-pesawat stealth di medan perang, akan sangat membantu pengembangan teknologi militer negara komunis itu.

Saat dikonfirmasi, Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Ashfaq Kayani dan pihak ISI membantah telah memberi akses kepada China.

Pakistan selama ini menganggap China sebagai sekutu yang lebih bisa diandalkan daripada AS. China adalah penanam modal asing utama di Pakistan, terutama di sektor telekomunikasi, infrastruktur, dan pelabuhan. Perdagangan dengan China telah memberi keuntungan 9 miliar dollar AS per tahun bagi pihak Pakistan, dan China adalah pemasok senjata terbesar bagi negara Muslim tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com