Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Harus Awas Menyikapi Umar Patek

Kompas.com - 13/08/2011, 02:53 WIB

Umar Patek, otak teror bom Bali I, telah dipulangkan ke Tanah Air. Dia ditangkap pada 25 Januari 2010 di Abbottabad, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, setelah sembilan tahun menjadi buron kepolisian Indonesia.

Pakistan mendeportasi Umar Patek alias Abu Syeikh alias Umar Arab alias Hisyam (41) setelah menahannya selama enam bulan karena pelanggaran keimigrasian. Di Indonesia, dia adalah gembong teroris, diduga pelaku utama bom Natal 2000 dan bom Bali I pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang.

Bagaimana Umar bisa keluar dari kampung halamannya di Jalan Semeru RT 2 RW 21, Mulyoharjo, Pemalang, Jawa Tengah? Lalu bagaimana pula pria berusia 41 tahun ini menjadi teroris dan sampai di Abbottabad? Di Abbottabad pula, 3,5 bulan sejak penangkapan Umar atau 2 Mei, Tim 6 Navy SEAL menembak mati pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden.

Umar diperkirakan meninggalkan Mulyoharjo tahun 1987. Pria yang oleh warga kampungnya disapa Hisyam itu pergi setelah bergabung dengan kelompok yang dibimbing orang- orang Pakistan. Selain Umar, pemuda yang bergabung dalam kelompok itu adalah Dulmatin yang ditembak mati di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Maret 2010.

Namanya mencuat setelah bom Bali I. Setelah itu dia dilaporkan lari ke Filipina, tetapi Polri kemudian menyebutkan, dia kembali ke Indonesia pada tahun 2009 dan bergabung dengan Dulmatin, Sawat, dan Hari Kuncoro. Dia diduga mengetahui pelatihan militer Aceh Besar. Umar tidak terlacak.

Dalam pelariannya selama sembilan tahun, Australia pernah menyebutkan Umar bergabung dengan Abu Sayyaf di Filipina selatan. Istrinya berdarah Indonesia-Filipina kelahiran Moro. Filipina pernah mengklaim, Umar tewas pada 14 September 2006 ketika terjadi pertempuran antara pasukan keamanan negara dan militan Sulu. Klaim itu tidak terbukti.

Umar diyakini menjadi pelatih kelompok pejuang Abu Sayyaf dalam pembuatan bom di Filipina selatan. Karena aksinya itu, Umar menjadi buron dan dicari oleh aparat AS, Australia, Filipina, dan Indonesia atas tuduhan terorisme. AS bahkan menjanjikan 1 juta dollar AS bagi pihak yang menangkapnya.

Banyak pengamat masalah terorisme dan intelijen menduga, Umar melarikan diri ke Afganistan atau Pakistan. Menurut Dawn, harian berbahasa Inggris terbesar di Pakistan, Umar dan istrinya ditangkap di rumah Abdul Hamed di Abbottabad, 25 Januari. Fakta ini membenarkan dugaan itu. Penangkapan Umar di lantai dua rumah Hamed diwarnai aksi baku tembak, hingga sebuah peluru bersarang di kakinya.

Bagaimana dan untuk apa Umar berada di Abbottabad? Umar memiliki jaringan yang kuat dengan Al Qaeda di Pakistan. Sebelum serangan terorisme 11 September 2001 di AS, Umar mengikuti pelatihan pembuatan bom, perakitan senjata, dan penyusunan strategi perang gerilya di Pakistan. Dawn melaporkan, dia dilatih jaringan teroris internasional Al Qaeda.

Sejak Osama ditembak mati Tim 6 Navy SEAL, baru diketahui kalau Umar berada di satu kota dengan pemimpin jaringan teroris internasional itu. Di Indonesia muncul spekulasi: keduanya, Umar dan Osama, mungkin sering berkomunikasi atau bertemu secara fisik.

Hampir pasti dia memiliki akses ke Osama karena jabatan strategisnya sebagai pemimpin Jemaah Islamiyah Asia Tenggara, salah satu sayap Al Qaeda. Dia adalah tokoh teroris paling disegani di kawasan ini, orang kepercayaan Al Qaeda di Asia Tenggara. Kepulangannya sebagai tersangka terorisme tentu harus disikapi secara saksama, cermat, dan awas oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. (PASCAL S BIN SAJU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com