Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalai Lama Kecewa

Kompas.com - 11/08/2011, 02:05 WIB

NEW DELHI, RABU - Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, mengaku terkejut, geram, serta prihatin dengan merebaknya praktik korupsi dan suap di India. Dia menilai hal itu sebagai sebuah ironi mengingat rakyat India adalah masyarakat yang sangat religius.

Pernyataan itu disampaikan Dalai Lama, Rabu (10/8), saat berbicara dalam acara yang digelar komisi nasional untuk kelompok minoritas India di New Delhi. Dia mengkritik praktik ”haram”, korupsi, dan suap di India sudah berlangsung sangat lama dan dilakukan dalam skala yang ”sangat besar”.

”Walau selama ini kemajuan material yang dicapai India sangat menakjubkan, pada kenyataannya korupsi masih marak terjadi. Kondisi itu terutama lantaran tidak adanya etika moral,” ujar Dalai Lama di depan peserta seminar.

Turut hadir mengikuti ceramah itu Menteri Hukum dan Urusan Minoritas India, Salman Khursid; cucu Mahatma Gandhi, Gopalakrishnan Gandhi; dan para pendeta Tibet.

Dalai Lama juga membandingkan India dengan China. Menurut dia, India yang jauh lebih demokratis dan religius ketimbang China seharusnya membuat negeri itu tidak menoleransi korupsi. Hal itulah yang membuatnya marah dan kecewa.

Namun, penerima Nobel Perdamaian 1989 ini menyatakan, ternyata tidak ada korelasi antara ketaatan religius rakyat dan pemerintahan suatu negara, seperti di India, dengan komitmen etika moral yang kuat.

Dia juga menyebut, praktik korupsi, jika perbuatan itu dilakukan oleh mereka yang seharusnya berpikiran dan berkeyakinan religius, adalah perbuatan yang sangat memalukan.

”Walau setiap bangun pagi yang langsung dilakukan rakyat India pertama kali adalah berdoa, tetapi tidak banyak yang mereka lakukan untuk mencegah korupsi. Banyak yang masih harus dilakukan rakyat India untuk memperbaiki itu semua,” ujar Dalai Lama.

Kegeraman Dalai Lama atas kondisi itu tampaknya sangat beralasan. Selama ini dia menyebut diri sebagai ”putra India”, baik secara fisik maupun mental. Apalagi sejak awal dia belajar dari para guru India dan memakan ”makanan India”.

Pemimpin spiritual Buddhis Tibet itu menjadikan kota Dharamsala di Himalaya, India, sebagai pusat pemerintahan Tibet di pengasingan sejak melarikan diri dari Tibet pada akhir dekade 1950-an ketika pasukan militer China masuk dan menginvasi kawasan tersebut.

Parlemen India lumpuh

Terkait maraknya korupsi ini, sekelompok anggota legislatif dari partai oposisi mengamuk di parlemen dan memaksa sejumlah anggota parlemen lain, yang sedang bersidang, keluar dan menghentikan aktivitas mereka.

Para anggota legislatif dari partai oposisi yang marah itu kecewa dengan skandal korupsi yang terjadi seputar pembangunan fasilitas olahraga saat New Delhi menjadi tuan rumah pekan olahraga negara-negara persemakmuran (Commonwealth Games) tahun 2010.

Mereka menuntut Menteri Kepala New Delhi Sheila Dikshit mundur karena dianggap paling bertanggung jawab dalam skandal itu. Sebelumnya, hasil audit pemerintah menemukan sejumlah kontrak tender pembangunan fasilitas olahraga dan bangunan untuk Commonwealth Games yang nilainya terlalu mahal.

Tidak hanya itu, tender pembangunan juga banyak diserahkan ke sejumlah perusahaan kontraktor yang dikenal bermasalah. Namun, Dikshit membantah tuduhan itu.

Akibat protes dan kemarahan sejumlah anggota parlemen itu, proses legislasi yang tengah berlangsung sejak Rabu pagi terhenti total. Parlemen India pun lumpuh. Sejumlah anggota legislatif berteriak-teriak dan memaksa beberapa sesi sidang pembahasan legislasi dihentikan dan meminta anggota parlemen lainnya keluar ruangan.

Padahal, sesi pembahasan perundang-undangan itu sangat penting lantaran terkait pembahasan rancangan undang-undang isu keamanan makanan (food security), akuisisi lahan, serta Badan Ombudsman Nasional.

Petani

Kemarahan mereka juga dipicu tewasnya tiga petani dalam aksi unjuk rasa besar-besaran di India, sehari sebelumnya. Para petani itu tewas tertembak peluru polisi saat berdemonstrasi menentang pembangunan jalur pipa air yang dibangun melewati lahan pertanian mereka.

Aksi unjuk rasa itu berakhir ricuh. Aparat keamanan mengerahkan pasukan bersenjata pentungan bambu, gas air mata, dan meriam air untuk menghalau demonstran.

Menanggapi tewasnya tiga petani itu, polisi India berkilah mereka terpaksa mengeluarkan tembakan ke arah para petani yang berunjuk rasa tersebut lantaran mereka tetap maju merangsek.

Masih belum tuntasnya pengungkapan dan penyelesaian kasus skandal korupsi di India hingga saat ini semakin menciptakan sikap skeptis di kalangan rakyat India. Rakyat juga ragu pemerintahan Perdana Menteri Manmohan Singh mampu menghadapi krisis ekonomi yang terjadi akibat melonjaknya tingkat inflasi di negeri itu.

Hasil riset lembaga independen CSDS menyebutkan, 47 persen rakyat India optimistis dengan situasi ekonomi negara itu. Inflasi di India bahkan memaksa bank sentral menaikkan tingkat suku bunga acuan sebanyak 11 kali sejak Maret tahun lalu.

(AP/REUTERS/THE WALL STREET JOURNAL/DWA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com