Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Diguncang Demo

Kompas.com - 08/08/2011, 02:46 WIB

Tel Aviv, Minggu - Selama bertahun-tahun, agenda politik dalam negeri Israel didominasi oleh isu keamanan. Fokus itu akhirnya berubah, Minggu (7/8), ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan kabinetnya berjuang mengatasi tekanan penduduk Israel yang menuntut turunnya harga kebutuhan hidup dan perumahan murah.

Sehari sebelumnya, Israel diguncang unjuk rasa besar-besaran yang diikuti lebih dari seperempat juta orang di Tel Aviv, Jerusalem, dan kota-kota lainnya. Demonstrasi itu tercatat sebagai unjuk rasa terbesar terkait ekonomi sepanjang sejarah negeri itu.

Dalam waktu kurang dari sebulan, protes ini berubah dari unjuk rasa mahasiswa di dalam tenda menjadi gerakan massal yang berhasil memobilisasi kelompok kelas menengah di seluruh negeri.

Berbicara lewat radio sebelum rapat kabinet mingguan, Netanyahu mengakui adanya rasa frustrasi dari hampir 300.000 orang yang menuntut perumahan, pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang terjangkau.

”Kami tak dapat mengabaikan besarnya protes sosial ini. Kami tahu harus membuat perubahan dan kami akan melakukannya. Kami ingin membuat dialog yang permanen dan menerima masukan dari berbagai pihak untuk mencari solusi meski kami tahu tidak bisa memuaskan semua orang,” ujarnya.

Netanyahu kemudian membentuk sebuah komite ahli yang akan menyusun reformasi sosial ekonomi. Komite ini dipimpin oleh ekonom terkemuka lulusan Harvard yang juga Ketua Dewan Nasional untuk Pendidikan Tinggi, Michael Trachtenberg.

Komite ini bertugas mencari terobosan untuk menekan biaya kebutuhan hidup. Mereka akan berkonsultasi dengan pengusaha dan Serikat Buruh Histadrut yang punya pengaruh kuat.

”Rekomendasi tim ini akan disampaikan kepada Komite Ekonomi dan Hubungan Sosial pada September, lalu ke seluruh pemerintahan,” ujar Menteri Lingkungan Hidup Gilad Erdan.

Kartel bisnis

Israel mencatat pertumbuhan ekonomi 4,8 persen tahun ini saat sebagian besar negara Eropa mengalami stagnasi ekonomi. Tingkat pengangguran juga relatif rendah, yaitu 5,7 persen. Namun, kartel bisnis dan senjangnya upah tenaga kerja membuat sebagian besar masyarakat tidak menikmati kesejahteraan.

Koalisi kubu konservatif yang berkuasa berjanji untuk menggunakan tanah negara untuk perumahan, membangun rumah berbiaya rendah, dan memperbaiki transportasi publik. Harga susu dan produk susu akan ditekan dengan memperbanyak impor. Staf rumah sakit juga diperbanyak untuk memenuhi tuntutan dokter yang mogok kerja.

Itzik Shmuli, Ketua Persatuan Mahasiswa Nasional Israel yang memimpin unjuk rasa, menyambut baik inisiatif ini. ”Namun, kami ingin yakin, memberi waktu tiga bulan, jangan sampai tidak ada solusi,” ujar Shmuli.

Demonstrasi besar-besaran yang dimotori mahasiswa ini juga bergerak lebih jauh, dengan menuntut pembebasan biaya pendidikan dan penambahan anggaran perumahan. Salah satu spanduk yang mereka bawa bertuliskan ”Rakyat Menuntut Keadilan Sosial”.

Demonstrasi sebesar itu di negara berpenduduk 7,7 juta jiwa ini biasanya meneriakkan isu perang dan perdamaian. ”Tak ada yang seperti ini selama beberapa dekade, rakyat berkumpul bersama menuntut perubahan. Ini revolusi,” ujar Baroch Oren, salah satu pemimpin unjuk rasa.

(reuters/ap/afp/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com