urumqi, JUMAT
Menurut harian Global Times, Jumat (5/8), Menteri Keamanan Publik China Meng Jianzhu menjanjikan kepada para pejabat Xinjiang bahwa pemerintah akan mengirimkan tambahan pasukan antiteroris ke Xinjiang untuk memperkuat keamanan di wilayah itu.
Meng tidak menjelaskan lebih jauh tentang penambahan pasukan ke wilayah yang sudah dijaga ketat sejak kerusuhan etnis di Urumqi, ibu kota Daerah Otonomi Khusus Uyghur, Xinjiang, yang menewaskan hampir 200 orang tahun 2009.
Meng juga mengaku telah memerintahkan pengerahan seluruh kekuatan dan sumber daya manusia yang ada untuk menciptakan ”lingkungan bertekanan tinggi” guna mencegah merebaknya terorisme di Xinjiang.
Dalam konferensi antiterorisme di Urumqi, Kamis (4/8), Meng menegaskan, pemerintah tidak akan bermurah hati dan berbelas kasihan terhadap orang- orang yang ingin mengacaukan keamanan dan ketertiban. ”(Kepada) penjahat-penjahat yang berani coba-coba melawan hukum dan melakukan aksi kekerasan teroris, kami akan menghukum dengan keras, tanpa belas kasihan, dan kami tak akan bersikap lemah,” kata Meng.
Pemerintah China berkeras serangan akhir pekan lalu dilakukan oleh kelompok teroris separatis East Turkestan Islamic Movement, yang menginginkan kemerdekaan Xinjiang dan selama ini berlatih di wilayah Pakistan.
Meski demikian, para pengamat independen dan aktivis pembela hak-hak warga Uyghur mengaku tak melihat adanya bukti-bukti organisasi teroris asing berada di balik serangan itu. Alih-alih, kata mereka, serangan itu adalah bentuk frustrasi warga etnis Uyghur terhadap represi Pemerintah China terhadap kehidupan kultural dan beragama mereka.
”Tuduhan bahwa serangan ini berhubungan dengan kelompok Islam radikal di Pakistan atau negara lain sengaja dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari sumber-sumber masalah di dalam negeri, dan menjadi pembenaran terhadap berbagai pelanggaran hak asasi manusia di wilayah itu,” kata Nicholas Bequelin dari Human Rights Watch.
Dilxat Raxit, juru bicara World Uyghur Congress, mengatakan, taktik menciptakan tekanan tinggi dengan mengirimkan tambahan pasukan keamanan itu hanya akan menambah kemarahan warga dan menyuburkan paham ekstremisme.
Raxit juga mengatakan, peningkatan pengamanan di Xinjiang akan makin merepresi kehidupan warga Uyghur.
Setelah serangan di Kashgar, kata Raxit, warga keturunan Uyghur ditolak membeli tiket pesawat di Bandara Urumqi dan menjadi sasaran pemeriksaan acak di tempat-tempat umum, seperti terminal bus.