Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy Bersekutu dengan Kelompok Islam?

Kompas.com - 04/08/2011, 10:27 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Seorang putra pemimpin Libya Moammar Khadafy, Rabu (3/8/2011), mengatakan, keluarganya telah menjalin aliansi dengan para pemberontak Islam untuk mengusir oposisi sekuler yang berupaya mendongkel pemerintahan 40 tahun ayahnya.

Seif al-Islam Khadafy, yang bersama ayahnya telah lama mengecap oposisi sebagai ekstremis radikal, mengatakan kepada The New York Times, "Kaum liberal akan melarikan diri atau dibunuh. Kami akan melakukan itu bersama-sama. Libya akan tampak seperti Arab Saudi, seperti Iran. Jadi, mau apa?" Times melaporkan, wawancara tersebut berlangsung lebih dari satu jam, setelah tengah malam di sebuah hotel yang nyaris kosong di Tripoli.

Seif, yang lama menjadi duta rezim Khadafy di Barat di mana ia tampil dalam stelan jas dan dasi serta fasih berbahasa Inggris, saat wawancara itu muncul dengan jenggot berantakan dan mengenakan pakaian tradisional. Di jari tangannya ada tasbih.

Ia mengaku pihaknya telah menegosiasikan kesepakatan dengan Ali Sallabi, seorang pemimpin terekemuka kelompok Islam di wilayah timur Libya yang dikuasai pemberontak. Kepada Times, Sallabi mengakui percakapan mereka, tetapi membantah kelompok Islam telah beralih haluan atau mendukung Khadafy.

Rezim Khadafy sudah lama menuduh bahwa pemberontakan merupakan plot Al Qaeda. Rezim itu juga telah berusaha menempatkan dirinya sebagai benteng melawan pengambilalihan negara kaya minyak Afrika Utara itu oleh kelompok Islam. Para pemberontak yang ingin mendongkel Khadafy mencakup sejumlah kelompok Islam. Namun, mereka telah menegaskan, mereka bersatu dalam menggulingkan Khadafy dan akan mendirikan pemerintahan yang demokratis.

Seif mengatakan, kelompok Islam merupakan "kekuatan nyata di lapangan" dan  kekuatan Barat harus berdamai dengan mereka. "Saya tahu mereka teroris. Mereka berdarah. Mereka tidak menyenangkan. Tapi, Anda harus menerima mereka," kata Seif.

Wawancara tersebut boleh jadi bertujuan untuk mengeksploitasi perpecahan baru dalam jajaran pemberontak setelah pembunuhan pemimpin tertinggi militer mereka, Jenderal Abdel Fatah Yunis, yang sampai saat ini belum diketahui dalangnya. Para pemberontak telah menangkap lebih dari 60 orang yang diduga punya link dengan Moammar Khadafy. Khadafy dicurigai berada di balik pembunuhan tersebut.

Seif mengulangi pernyataan Pemerintah Libya bahwa kelompok Islam berada di balik pembunuhan Yunis, yang merupakan tangan kanan Moammar Khadafy selama beberapa dekade sebelum membelot kepada pihak pemberontak pada awal tahun ini. "Mereka memutuskan untuk menyingkirkan orang-orang itu, mantan orang-orang militer seperti Abdel Fatah dan kaum liberal, untuk mengambil alih seluruh operasi," tutur Seif kepada Times.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com