Desa Sidamulya terasa seperti ada di ”ujung dunia”. Dari jalur pantura, perjalanan masih tersisa sekitar 18 kilometer melalui jalan desa yang sempit, berlubang, berbatu, dan berdebu. Di desa yang masuk Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, itu aroma kemiskinan tercium bersama aroma kesejahteraan. Rumah mentereng bersanding dengan rumah gubuk yang hampir roboh.
Rumah-rumah mentereng yang ada di desa itu hampir pasti dibangun para TKI. Ciri utamanya antara lain dinding depan rumah dan lantai dilapisi keramik warna ngejreng, mencolok. ”Kami meniru rumah-rumah majikan di Arab yang dindingnya berlapis marmer,” ujar Sanusi, warga Sidamulya yang pernah bekerja di Arab Saudi dan Taiwan.
Sanusi dan istrinya—yang juga mantan TKI—tinggal di sebuah rumah dengan dinding berlapis keramik warna merah muda. Lokasinya di depan sawah, berseberangan dengan pemakaman keramat.
Rumah Dariah tidak berdinding keramik. Namun, rumah itu tidak kalah mentereng dibandingkan dengan rumah milik TKI lainnya. Rumah tersebut dilengkapi kamar mandi modern lengkap dengan keramik dinding dan toilet duduk. Rencananya TKI yang bekerja di Taiwan itu akan memasang shower, alias keran semprot, agar dia bisa mandi di bawah guyuran air sambil bernyanyi seperti iklan sabun mandi di televisi.....
Selengkapnya, baca Harian Kompas, 31 Juli.