KOMPAS.com — Kenyataannya, Jenderal Abdel Fattah Younes tewas. Padahal, Inggris pada Rabu (27/7/2011) mengakui kalau Dewan Transisi Nasional Libya sebagai otoritas pemerintahan tunggal. Younes memang berstatus panglima perang dewan yang berbasis di Benghazi ini.
Gara-gara itu, juru bicara Pemerintah Libya, Moussa Ibrahim, mengatakan, kalau pemimpin Libya Moammar Khadafy mengejek Inggris. "Inggris tidak mampu melindungi pemimpin militer dewan transisi itu," begitu kata Ibrahim.
Usai mengakui dewan, Inggris memang mengusir para diplomat Libya yang dianggap sebagai bagian dari rezim Khadafy. Sikap Inggris ini mengikuti langkah Amerika Serikat dan Perancis yang sejak awal mengakui keberadaan kelompok perlawanan Libya ini.
Bagaimanapun, kematian Jenderal Younes masih menyisakan tanda tanya besar siapa pembunuhnya, setelah dia dan dua ajudannya ditembak pada pekan ini. Pihak Khadafy ngotot kalau pelaku adalah kelompok Al Qaeda. Sementara informasi lain mengatakan, pembunuh Younes adalah pihak Khadafy atas usulan dari "orang dalam" dewan tersebut. Tudingan mengarah kepada Brigade Obaida Ibn Jarrah.