Eritrea, negeri kecil di tanduk Afrika berpenduduk 6 juta jiwa, kini dituduh terlibat berbagai aksi terorisme di Benua Afrika. Negeri ini dipimpin Presiden Isaias Afewerki dan merdeka dari Etiopia melalui referendum rakyat tahun 1993.
Laporan tim monitor PBB yang dirilis, Kamis (28/7) di Kenya, Nairobi, menyebutkan, Eritrea berada di belakang perencanaan serangan atas Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Afrika di Addis Ababa, Etiopia, Januari 2011.
Dinas intelijen Etiopia mengungkap tabir tentang rencana peledakan beberapa bom di Addis Ababa saat penyelenggaraan KTT UA itu.
Eritrea juga dituduh mendanai kelompok bersenjata yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda melalui Kedubes Eritrea di Nairobi.
Agen-agen intelijen Eritrea memiliki aktivitas di Uganda, Sudan Selatan, Kenya, dan Somalia. Ada perubahan perilaku Eritrea dari hanya mendukung kelompok bersenjata menjadi perancang serangan.
Para perwira Eritrea merancang dan mengarahkan sekaligus melaksanakan berbagai operasi teroris di Djibouti, Kenya, Somalia, Uganda, dan Sudan.
Dukungan Eritrea pada masa lalu terhadap kelompok bersenjata di Somalia dan Etiopia adalah dalam konteks konflik perbatasan dengan Etiopia. Pola operasi baru yang diterapkan Eritrea saat ini mengancam seluruh Afrika.
PBB telah menjatuhkan sanksi larangan ekspor senjata ke Eritrea serta membekukan aset pimpinan militer dan politik negara itu. Eritrea selalu membantah semua tuduhan itu.
Keberadaan kelompok bersenjata di Somalia dan Eritrea turut mengganggu pendistribusian bantuan pangan internasional terhadap warga Somalia yang kelaparan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.