Magsaysay Award 2011

Pengumuman panitia Yayasan Ramon Magsaysay Award, Kamis (28/7) pagi, membuat perasaan Tri Mumpuni (46) campur aduk. ”Mau menangis rasanya. Penghargaan itu, kan, luar biasa, bisa dibilang setara Nobel di Asia. Sementara bayangan 90 juta warga Indonesia yang berada dalam kegelapan terus menari-nari di kepalaku…,” tuturnya.

Ibu dua anak itu tak menyangka, tim yang ia antar ke berbagai desa adalah tim khusus yang melakukan investigasi pekerjaannya. ”Mereka bilang mau riset mikrohidro,” kata Mumpuni, yang bersama Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka) ”melistriki” desa lebih dari 15 tahun terakhir ini.

”Saya hanya nakhoda, yang kerja keras teman-teman Ibeka,” ujar istri Iskandar Kuntoadji ini.

Tri Mumpuni, angkatan ke-2 Program Leadership on Environment and Development (LEAD) 1994 tak tahu berapa desa telah dialiri listrik. ”Ashoka pernah menghitung 65 desa dengan sekitar 400.000 penduduk,” ujar fellow Ashoka 2006, lembaga nirlaba bidang kewirausahaan sosial itu lagi.

Komitmen bisnis untuk memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat miskin itu membawa dia bertemu Presiden Obama dalam Presidential Summit di Gedung Putih, April 2011.

Tahun 2005, ia mendapat predikat Climate Hero dari WWF for Nature. Magsaysay Award akan diberikan di Manila, Filipina, 31 Agustus 2011.

Tokoh Indonesia yang pernah menerima Magsaysay Award antara lain Mochtar Lubis, Dita Indah Sari, Pramoedya Ananta Toer, dan Syafii Maarif. (MH)