Kairo, Kompas -
Anggota kongres partai Republik dari wilayah New York, Peter King, berencana membahas hasil investigasi komite tersebut pada dengar pendapat ketiga di forum kongres tentang isu Muslim radikal di AS. King menyatakan, keberhasilan merekrut dan meradikalisasi puluhan warga Muslim-AS merupakan ancaman langsung terhadap AS.
”Kami harus menghadapi sebuah realita bahwa gerakan Al Shabab adalah ancaman yang terus meningkat terhadap tanah air kita,” kata King.
Pejabat antiteroris AS tidak menyebut secara pasti berapa jumlah warga AS yang bergabung dalam gerakan Al Shabab Mujahidin. Namun, sedikitnya 21 warga AS asal Somalia telah berangkat menuju Somalia dan terlibat dalam pertempuran mengusir pasukan penduduk Etiopia.
Al Shabab tahun lalu mendeklarasikan dirinya berafiliasi pada Tanzim Al Qaeda. Gerakan ini mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan bom bunuh diri di Uganda tahun lalu dan serangan atas beberapa sasaran Barat.
Dalam konteks aktivitas teroris yang dilakukan warga AS asal Somalia, dilaporkan ada 4.000 warga Somalia masuk AS sejak tahun 2006. Selain itu, ada 200.000 warga Somalia yang berhasil mendapat suaka politik di AS sejak awal tahun 1990-an.
Pada tahun 2009, sejumlah besar warga Somalia di AS tiba-tiba menghilang. Mereka kemudian diketahui kembali lagi ke Somalia untuk bergabung dengan milisi radikal Al Shabab yang menganut paham Jihad Salafi. Mereka kini melancarkan serangan terhadap kepentingan AS di Somalia dan Afrika Timur.
Berdasarkan data statistik AS, 51 persen pemuda Somalia di AS dililit kemiskinan dan pengangguran, dengan rata-rata pendapatan keluarga Somalia di AS hanya 21.000 dollar AS per tahun. Adapun pendapatan rata-rata keluarga di AS sekitar 60.000 dollar AS per tahun. Hal itu membuat komunitas Somalia di AS berpotensi besar dihinggapi paham radikal.
Diperkirakan, ada ratusan sukarelawan asing berasal dari mancanegara yang bergabung dengan kelompok Al Shabab Mujahidin di Somalia.
Al Shabab terakhir ini sering meniru Tanzim Al Qaeda dalam melakukan operasi serangannya, seperti aksi bom bunuh diri, penanaman bom di jalan-jalan, dan peledakan di tempat-tempat publik. Hal itu misalnya ledakan dahsyat di sebuah hotel di Mogadishu, ibu kota Somalia, 3 Desember 2009. Ledakan dahsyat tersebut menewaskan sembilan orang, termasuk tiga menteri pemerintahan transisi dan dua wartawan.
Diduga kuat, ledakan di hotel tersebut adalah hasil koordinasi antara kelompok Al Shabab dan jaringan Al Qaeda.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.