Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Skandal ke Skandal

Kompas.com - 25/07/2011, 08:37 WIB
Oleh: PASCAL S BIN SAJU

DALAM minggu ini Rupert Murdoch dan kerajaan media miliknya, News Corporation, menjadi buah mulut di Inggris, Australia, dan Amerika Serikat. Bagi sejumlah orang, dia dicap ”sedikit lebih baik dari setan”. Banyak orang menyebutnya ”tokoh media paling progresif” sejagat.

Penulis drama terkenal Inggris, Dennis Potter, pernah sakit kanker, tetapi semangatnya kuat untuk tetap hidup. ”Saya menamai kanker ini Rupert,” kata Potter pada tahun 1994 soal Murdoch seperti ditulis di BBC News. ”Pria bernama Murdoch ini ingin saya tembak jika bisa. Murdoch ini sama dengan biang penyakit.”

Fokus kebencian Potter adalah Rupert Murdoch, yang saat itu berusia 71 tahun dan baru tiga tahun menikahi Wendy Deng, istri ketiga asal China. Potter menilai Murdoch tidak peduli dengan berita-berita di medianya yang mencemarkan orang lain.

Saat itu Murdoch sangat ambisius. Dia berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara mengembangkan kerajaan bisnis media, News Corporation. Ia berusaha keras agar anak-anaknya dari hasil perkawinan terdahulu menjadi penerus imperium bisnis media.

Murdoch adalah pebisnis media yang memainkan peran menonjol di banyak negara, terutama di AS, Australia, dan Inggris.

Ia lahir di Melbourne, Australia, 11 Mei 1931, dan AS adalah pusat kerajaan medianya. Ia menjadi warga AS untuk bisa membangun televisi. Inggris adalah medan medan politiknya. Tiga negara ini seperti satu tarikan napas dalam sepak terjangnya sebagai raja media di dunia.

Begitu sentral peran Murdoch dalam interaksi dengan para petinggi pemerintah dan politisi sehingga dia dijuluki sebagai kingmaker politik di Inggris dan Australia.

Tony Blair, ketika menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris, pada Juli 2006, terbang ke AS untuk menghadiri acara rutin tahunan News Corp. Pada tahun 2009 pengganti Blair, Gordon Brown, juga terbang ke Australia hanya untuk menghadiri jumpa pers yang akan dilakukan Murdoch. PM Inggris sekarang, David Cameron, juga sahabat Murdoch.

Di AS, Murdoch getol mengumandangkan pandangan konservatif lewat TV Fox News miliknya alias mendukung Partai Republik dan anti-Partai Demokrat.

Murdoch (80) kini sedang giat membangun bisnis media di China, asal Wendy Deng yang memiliki selisih usia 37 tahun dengan Murdoch.

Sejak tahun 1980-an Murdoch disanjung dan disegani para aktor Hollywood dan Hongkong serta para politisi Barat, yang melihat betapa media bisa menaikkan pamor atau sebaliknya membuat citra buruk jika tidak berhubungan baik dengan Murdoch.

Saking sukses dan konsistennya di bisnis media, pria gaek ini tiga kali masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah Time (Time 100). Majalah Forbes, 2010, menempatkannya di urutan ke-13 dari 100 orang paling kuat dan di urutan ke-117 dari 200 orang terkaya sejagat. Total nilai kekayaan Murdoch kini mencapai 7,6 miliar dollar AS.

Kuasai semua lini

Lewat News Corp, Murdoch membangun semua lini industri pers, mulai dari surat kabar, televisi, radio, tabloid, video atau film, percetakan, hingga penerbitan buku. Di televisi kabel, misalnya, Murdoch memiliki 10 perusahaan. Ia juga memiliki Twentieth Century Fox, salah satu dari 11 bioskop terkenal, serta menguasai televisi.

Twentieth Century Fox, bersama studio televisi lainnya, memproduksi dan mendistribusikan sejumlah program televisi paling populer di dunia. Film Avatar dan Titanic, misalnya, adalah contoh dari sejumlah film top dan terlaris sepanjang masa di dunia.

News Corp memiliki sejumlah jaringan televisi antara lain Fox Sport, Fox Broadcasting Company, Fox Television Stations, dan Fox Sport Australia. Operasi televisinya memiliki lebih banyak pemirsa di dunia, melampaui batas demografis dan geografi. Grup Fox Television Stations punya 27 stasiun.

Di lini televisi satelit (televisi berlangganan), News Corp memiliki saham di empat perusahaan, yakni British Sky Broadcasting (BSkyB), Foxtel, Sky Deutschland, dan Sky Italia. Program favoritnya adalah olahraga, film, hiburan, dan berita. Sky Italia memiliki lebih dari empat juta pelanggan.

Sayap bisnis News Corp di bidang penerbitan juga berkembang paling pesat dan merambah ke hampir 150 negara. Di Australia, negeri kelahirannya, News Corp melalui perusahaan bernama News Ltd yang mengelola surat kabar dan tabloid di hampir semua kota besar.

Harian The New York Post dan Community Newspaper Group di AS, The Wall Street Journal, serta banyak penerbitan terkait di AS, Eropa, dan Asia adalah bagian dari kerajaan media Murdoch. Dow Jones, layanan informasi bisnis, dan HarperCollins, penerbit buku terdepan, adalah juga milik Murdoch.

Murdoch benar-benar taipan media paling berpengaruh di seluruh dunia. Setidaknya di bidang penerbitan, dia memiliki 32 surat kabar dan tabloid. Penerbitan ini tersebar, terutama di Australia, AS, dan Inggris. News Corp menghasilkan penerimaan sekitar 700 juta dollar AS per tahun.

Murdoch terjun ke bisnis media pada usia 22 tahun, setahun setelah kepergian ayahnya, Sir Keith Murdoch (1886-1952). Ayahnya dulu adalah seorang koresponden perang dan penerbit di Australia. Ia kembali ke Australia pada tahun 1954 untuk menangani Sunday Mail dan The News yang terbit di Adelaide, Australia, yang dibangun ayahnya.

Ia melanjutkan bisnis media dengan menjadikan isu seks dan skandal lain sebagai sajian utama. The News memiliki pembaca yang banyak di Sydney, Perth, Melbourne, dan Brisbane.

Pada tahun 1969, dia membeli tabloid News of the World, media yang telah memusingkannya akibat skandal peretasan telepon. Tabloid ini pun fokus pada berita kriminalitas, seks, skandal, dan kisah-kisah kemanusiaan. Tahun 1973 Murdoch ke AS membeli dua media di San Antonio. Salah satunya, San Antonio News (belakangan menjadi Express News). Media ini fokus pada masalah seks dan skandal serta berita human interest.

Jika bisnisnya dimulai dengan berita tentang seks dan skandal, kini di tangan Murdoch pula, News of the World tersungkur. Skandal ini pula yang mematikan bacaan primadona Inggris beroplah 2,7 juta per minggu itu. Ia mengejar keuntungan sambil mengabaikan salah satu prinsip jurnalistik: kejujuran.

Kebencian Potter pada tahun 1994 kepada Murdoch kini menjadi kebencian David Cameron dan Gordon Brown juga kepada Murdoch dan publik Inggris. Mereka ingin bisnis media Murdoch tumbang. Peluang bisnisnya untuk menguasai BSkyB telah tertutup. News of the World pun tinggal kenangan. Bagaimana jika hasil penyelidikan di AS dan Australia juga terbukti?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com