Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ARF Pertemukan Dua Korea di Nusa Dua

Kompas.com - 24/07/2011, 02:54 WIB

NUSA DUA, KOMPAS - Menteri luar negeri Korea Utara dan Selatan dipastikan telah menggelar pertemuan informal dalam dua kali kesempatan di Nusa Dua, Bali, tempat digelarnya rangkaian acara pertemuan antarnegara anggota ASEAN dan juga terkait Forum Regional ASEAN.

Pertemuan merupakan sinyal positif bagi kelanjutan hubungan kedua negara yang pernah terputus. Pertemuan diyakini bakal menghidupkan kembali proses pembicaraan soal denuklirisasi Korea Utara dengan enam negara terlibat (six party talks), yang terhenti sejak tahun 2008. Selain kedua negara Korea, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, dan China juga terlibat dalam perundingan enam pihak itu.

Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa, seusai penutupan rangkaian Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) Ke-44 dan Forum Regional ASEAN (ARF) Ke-18, Sabtu (23/7), menyambut pertemuan di tengah rangkaian acara yang digelar ASEAN pada 16-23 Juli, di Nusa Dua, Bali.

”Suasana dan atmosfer di Bali telah menciptakan situasi kondusif bagi pihak-pihak yang terlibat untuk mendapatkan kembali momentum,” ujar Marty.

Dari informasi yang diperoleh Kompas, sebelum hadir dan berkumpul di acara makan malam di Hall Nusa Indah Bali International Convention Center, para menlu terlebih dahulu ”ditransitkan” di ruangan khusus. Saat itulah kedua menlu, Korea Utara dan Selatan, setuju ketika diminta bertemu empat mata.

”Pertemuan itu sangat penting karena kedua negara berada dalam posisi di mana mereka membutuhkan adanya pemulihan rasa saling percaya. Hal itu tidak dapat dicapai hanya dalam satu kali pertemuan. Dalam konteks (krisis) Semenanjung Korea, bahwa keduanya dapat bertemu sudah merupakan kemajuan sangat penting,” ujar Marty.

Laut China Selatan

Terkait isu Laut China Selatan, Marty menyebutkan, semua pihak yang hadir dalam pertemuan ARF telah menerima dan menyambut gembira selesainya garis panduan Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan (DOC), yang sejak tahun 2005 mengalami kebuntuan.

Garis panduan itu kemudian disahkan di tingkat pertemuan bilateral menlu ASEAN dan China, setelah dibahas dan disepakati di tingkat antarpejabat senior kedua pihak. Namun, sejumlah pandangan menyebut pentingnya semua pihak bergerak untuk segera menghasilkan aturan kode etik.

Akan tetapi, Marty mengakui pula, dalam pertemuan ARF terkait isu Laut China Selatan, masih muncul sejumlah ketidaksepakatan. Ganjalan terjadi ketika sejumlah negara, seperti Filipina, masih mempertanyakan dan mempersoalkan klaim ”sembilan garis putus-putus” (nine dash) oleh China, yang meliputi seluruh kawasan Laut China Selatan.

Dalam siaran persnya yang dibagikan kepada para wartawan, Menlu Filipina Albert F Del Rosario menyatakan, akibat klaim sepihak China itu, negerinya telah mengalami sedikitnya tujuh kali insiden gangguan yang agresif dari China sejak Februari 2011 terhadap wilayah kedaulatannya.

Untuk itu, Pemerintah Filipina mendesak digunakannya solusi diplomasi preventif, seperti digagas dan diatur pula dalam kesepakatan ARF, salah satunya dengan bersama-sama antarnegara ASEAN dan mitranya yang lain untuk mempersoalkan klaim China tersebut, terutama dengan jalan mengaitkannya dengan aturan Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) tahun 1982.

”Sayangnya, ARF tidak bisa menyelesaikan semua persoalan dan klaim yang dilakukan kedua puluh tujuh negara anggotanya secara rinci. Forum ini tidak dilengkapi untuk keperluan seperti itu. Apa yang bisa dilakukan ARF hanyalah sekadar menciptakan kondisi dan iklim yang kondusif untuk membahas masalah itu,” tambah Marty. (DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com