Pakistan Punya Menlu Perempuan

ISLAMABAD, KOMPAS.com — Hina Rabbani Khar merupakan wanita pertama yang diambil sumpahnya menjadi menteri luar negeri Pakistan pada Selasa (19/7/2011), mengakhiri kekosongan jabatan selama lima bulan sepekan sebelum pembicaraan perdamaian krusial di India.

Khar yang berusia 34 tahun ini menjadi menteri paling muda dalam kabinet. Ia dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton di sela forum regional ASEAN (ARF) di Indonesia pekan ini.

"Atas saran Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani, Presiden Pakistan telah memutuskan untuk mengangkat Hina Rabbani Khar sebagai menteri federal untuk urusan luar negeri," kata Kementerian Luar Negeri.

"Khar merupakan menteri luar negeri pertama Pakistan dari kalangan wanita dan termuda." Walaupun Benazir Bhutto—yang tewas dibunuh—pernah dua kali menjadi perdana menteri, posisi pemerintahan senior biasanya dipegang oleh pria.

Para pengamat mempertanyakan apakah Khar mempunyai pengalaman untuk mengendalikan kebijakaan luar negeri Pakistan kendati dia telah menjadi menteri yunior yang mengurusi luar negeri selama lima bulan terakhir.

Khar diambil sumpahnya oleh penjabat Presiden Farooq Naik karena kepala negara Asif Ali Zardari sedang mengadakan pembicaraan di Afganistan.

Menurut kementerian itu, Menlu Khar akan ke Indonesia pekan ini untuk mengikuti pembicaraan ARF dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi dan Ny Clinton.

"Sekembali dari Indonesia, ia akan ke India untuk mengadakan dialog tingkat menteri," ujarnya.

Khar pernah menjadi menteri muda urusan ekonomi semasa Presiden Pervez Musharraf.

Pada pemilihan 2008, ia bergabung dengan Partai Rakyat Pakistan pimpinan Perdana Menteri Benazir Bhutto dan terpilih sebagai anggota parlemen. Ia kemudian dipilih menjadi menteri muda keuangan sebelum menjadi menteri muda luar negeri lima bulan lalu.

Pakistan tak memiliki menteri luar negeri sejak Shah Mehmood Qureshi dicopot dalam perombakan kabinet Februari.

Pengangkatan Khar menjadi menteri luar negeri terjadi di tengah-tengah ketegangan dengan sekutu kunci Amerika Serikat bergolak sejak pembunuhan Osama bin Laden pada 2 Mei lalu. Amerika Serikat menangguhkan bantuan militer kepada Pakistan—sekitar sepertiga dari 2,7 miliar dollar AS bantuan pertahanan—dua bulan setelah tewasnya Osama bin Laden dekat akademi militer Pakistan.