Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Murdoch Hendak Dijual

Kompas.com - 14/07/2011, 04:19 WIB

london, rabu - Di tengah guncangan skandal peretasan telepon News of the World, News Corporation milik Rupert Murdoch berniat menjual media lainnya di Inggris. News Corp dilaporkan tengah mencari pembeli News International yang meliputi Times of London, Sun, dan Sunday Times.

Rencana News Corp yang berkantor pusat di New York untuk menjual kelompok News International itu dirilis Wall Street Journal (WSJ), Rabu (13/7). Mengutip sebuah sumber, WSJ melaporkan, News Corp tengah menjajaki apakah ada investor potensial yang bisa membeli News Internasional. Unit usaha ini mencakup surat kabar Inggris, seperti The Sun, The Times of London, dan The Sunday Times.

Tabloid News of the World yang sudah berusia 168 tahun dibeli Murdoch pada tahun 1969 dan ditutup Minggu lalu akibat terlibat skandal penyadapan telepon ilegal, termasuk dalam unit News International. Penyadapan ilegal itu memicu protes dari berbagai kalangan di Inggris, baik dari kantor perdana menteri, bangsawan kerajaan, pengusaha, maupun kantor pemerintah lainnya.

WSJ, yang juga bernaung di bawah News Corp, menyebutkan, Murdoch menganggap News International salah satu komponen favorit kerajaan media miliknya. Dengan adanya rencana menjual media-media terdepan Inggris milik Murdoch itu, publik menafsir sebagai awal kejatuhan kerajaan media Murdoch.

Mengutip sumber yang sama, WSJ juga menyebutkan, tampaknya saat ini belum ada calon pembeli untuk News International. Sebab, industri surat kabar kini berada dalam situasi yang sulit. Pihak perusahaan masih akan meninjau kembali rencananya itu dalam kurun enam bulan ke depan.

Sebenarnya Dewan Direktur News Corp telah menyinggung rencana menjual News International pada berbagai kesempatan beberapa tahun terakhir. Namun, ide itu selalu dipatahkan Murdoch sendiri, yang menganggap bahwa unit ini paling berkembang karena sangat diminati publik pembaca.

Tekanan parlemen

Parlemen dan Pemerintah Inggris, juga sejumlah anggota parlemen AS, mulai menekan Murdoch. Parlemen Inggris, Rabu, bersiap mengeluarkan mosi tidak percaya. Mereka akan menghadang langkah taipan media itu yang bermaksud membeli televisi berbayar terbesar Inggris, British Sky Broadcasting (BSkyB). Langkah itu makin menghentikan sepak terjang Murdoch dalam meluaskan kerajaan medianya.

Oposisi dengan tegas meminta pemerintah menghentikan penawaran News Corp yang berniat menguasai mayoritas, 61 persen, saham BSkyB. Reuters menyebutkan, mosi oposisi itu sebenarnya tidak memiliki kekuatan hukum. Namun, dua partai besar yang berkoalisi dengan partai berkuasa justru menyatakan siap mendukung mosi oposisi.

Hal itu sekaligus merefleksikan kebencian publik atas kedekatan Murdoch selama ini dengan pemerintahan konservatif PM David Cameron. Namun, Cameron sudah berbalik mendukung oposisi, berbalik melawan Murdoch, demi meningkatkan kredibilitas pribadinya.

Di AS, Senator Jay Rockefeller meminta pihak berwenang melakukan penyelidikan terhadap kasus penyadapan yang mungkin juga dilakukan secara ilegal oleh media-media milik Murdoch di AS. Ketua Komite Perdagangan Senat itu mengatakan, otoritas harus mempertimbangkan kemungkinan wartawan di lingkungan News Corp telah melanggar hukum AS.

Rockefeller mengingatkan adanya konsekuensi serius jika terbukti ada media yang melakukan praktik tidak terpuji dengan menarget masyarakat AS. Senator Partai Demokrat, yang memiliki suara mayoritas di Kongres AS ini, mengatakan, penyadapan kemungkinan juga terjadi di AS, termasuk menyasar para korban serangan 11 September. (AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com