Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ajakan Boikot News Corp Bermunculan di Twitter

Kompas.com - 12/07/2011, 14:02 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Kerajaan media milik Rupert Murdoch menghadapi ancaman serius di Inggris ketika sejumlah orang menggunakan internet dalam upaya mereka menyerukan pemboikotan terhadap News Corporation.

Ribuan pemrotes di media online, sebagaimana dilansir The Telegraph, Senin, menggunakan Facebook dan Twitter untuk mendorong orang lain agar tidak membeli The Sun, The Times, The Sunday Times atau bahkan tidak menonton acara Sky.

Sebuah kelompok di Facebook yang bernama ‘Boycott News International’, punya hampir 8.000 anggota, menegaskan kepada anggotanya untuk tidak membeli koran-koran atau tablod terbitan perusahaan itu. Ditambahkan di itu bahwa dengan membatalkan langganan Sky, itu akan mengirim pesan yang jelas kepada Murdoch yang telah berusia 80 tahun tersebut.

Sebuah kampanye serupa di Twitter telah mendaftarkan domain bernama boycottmurdoch.com, yang bertujuan untuk menciptakan sebuah situs yang bisa menyatukan "para kaum anti-Murdoch agar bisa melakukan tindakan yang efektif". Halaman muka situs itu menyatakan, raja perusahaan media itu telah "mempropagandakan citra palsu tentang dunia, membesar-besarkan berita, dan memintal sebuah agenda yang sesuai dengan kepentingan bisnis Murdoch."

Situs itu juga berpendapat, organisasi media tersebut memberi Murdoch "sejumlah kekuasaan yang secara astronomis tidak proporsional, sebagian besar tidak akuntabel" dan bahwa itu "mengikis demokrasi kita". Situs itu mengatakan kepada pengunjungnya, "Karena kita tidak punya kemampuan untuk menurunkan dia dari kekuasaan, kita harus melakukan hal terbaik berikut: jangan membeli apa pun yang diproduksi atau berhubungan dengan media massa dari kerjaan Murdoch, dan sebarkan kesadaran (ini) sehingga orang lain melakukan hal yang sama."

Kampanye lain di Twitter yang semakin populer berbentuk desakan untuk "menulis kepada anggota dewan Anda agar menolak tawaran pembelian BSkyB. Kita hanya punya beberapa hari!" Murdoch telah mengajukan penawaran resmi untuk membeli televisi berbayar terbesar Inggris, British Sky Broadcasting (BSkyB). Murdoch kini melobi regulator Inggris agar penawarannya  disetujui.

Kampanye lainnya meminta setiap orang untuk "katakan kepada Sekretaris Kebudayaan (Inggris) Jeremy Hunt bagaimana perasaan kita tentang Murdoch yang memiliki begitu banyak media! Telepon kantornya! Email dia secara langsung!" Seruan yang lain berbunyi "Boikot The Sun dan Sky News ... menjijikkan bahwa 1.000 pekerja dipecat hanya untuk mengalihkan perhatian dari Brooks dan James Murdoch." James Murdoch adalah putra Rupert Murdoch yang kini menjabat sebagai pemimpin eksekutif News Corporation Eropa dan Asia, sementara (Rebekah) Brooks merupakan pemimpin eksekutif News International. Brooks menjadi editor tabloid News of the World, anak usaha News Corporation, ketika tabloid itu melakukan praktek ilegal berupa penyadapan telepon sejumlah warga Inggris, termasuk telepon istri tentara yang tewas di Irak dan Afganistan serta keluarga korban pembunuhan. Tablodi beroplah 2,6 juta eksemplar itu terpaksa ditutup Minggu terkait kasus penyadapan telepon tersebut.

Para pengguna Twitter lain menyatakan, saat ini Murdoch berada Inggris dan "itu harus menjadi momen yang cukup mudah untuk menangkap dia dan menanyainya tentang apa yang dia tahu."

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Inggris, Nick Clegg, mendesak Murdoch untuk membatalkan rencana pembelian BSlyB. Dan, Hunt mengumumkan, dia tengah mencari saran lebih lanjut tentang apakah pembelian yang direncanakan sang raja media itu terhadap BSkyB bisa dibawa ke Komisi Persaingan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com