Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudan Selatan Pun Lahir

Kompas.com - 10/07/2011, 02:39 WIB

Juba, Sabtu - Sudan Selatan, hari Sabtu (9/7) resmi menaikkan untuk pertama kalinya bendera mereka sebagai satu bangsa yang baru di muka bumi, serta menurunkan untuk terakhir kalinya bendera lama Sudan, dengan sukacita dan gegap gempita di seluruh pelosok negeri.

Ketua Parlemen Sudan Selatan membacakan proklamasi kemerdekaan, tepat di tengah malam, pada saat bendera lama diturunkan—sebagai penanda lahirnya sebuah negara baru.

”Haleluya!” pekik mereka. Di antaranya ada yang mengusap air mata harunya atas kelahiran negeri mereka sebagai negeri terbaru di dunia.

Amerika Serikat (AS) dan Inggris kemudian menyam- paikan pengakuannya akan negeri berdaulat yang baru, Sudan Selatan.

Presiden AS Barack Obama bahkan melukiskan kata-kata ”Setelah kegelapan perang, terbitlah sinar hari baru,” katanya.

”Sebuah bendera yang dibanggakan dikibarkan di Juba (ibu kota Sudan Selatan), dan peta dunia pun harus digambar ulang,” ungkap Obama dalam pernyataan pengakuannya terhadap Sudan Selatan.

”Simbol ini pun berbicara pada darah yang tertumpah, air mata yang mengalir, serta surat suara yang dilayangkan, serta harapan yang disadarkan oleh jutaan orang,” kata Obama.

Upacara semarak pada petang hari pun diselenggarakan oleh Salva Kiir yang sekaligus dilantik sebagai presiden pertama Sudan Selatan. Upacara pengambilan sumpah dilakukan di bawah terik matahari.

Presiden Sudan Omar al-Bashir—yang sangat tidak populer di Juba—juga hadir dalam upacara itu, diiringi gerutuan warga.

”Sungguh, ini hari yang membahagiakan bagi saya karena ini adalah hari yang menghapus- kan seluruh kedukaan orang selatan selama hampir 50 tahun,” kata David Aleu (24), se- orang mahasiswa kedokteran di Juba.

Ribuan warga Sudan Selatan berbondong-bondong ke tempat pusat perayaan di Juba, dan para penyelenggara pun disadarkan betapa tempat yang mereka sediakan ternyata tak cukup menampung tamu-tamu kehormatan yang hadir.

Hari bahagia diwarnai dengan panas yang sangat terik sehingga para petugas palang merah pun disibukkan dengan banyaknya orang yang pingsan karena kepanasan dan kelelahan.

Susan Rice, Duta Besar AS untuk PBB dan utusan AS untuk perayaan kali ini, mendesak rakyat Sudan Selatan dan para pemimpinnya membangun negeri mereka menjadi negeri yang layak dan sepadan dengan pengorbanan mereka yang gugur dalam konflik berdarah selama lima dekade silam.

”Kemerdekaan bukanlah sebuah pemberian. Kemerdekaan adalah sebuah hadiah yang kalian semua menangi,” ungkap Rice.

Menurut Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam pidatonya, Sudan dan Sudan Selatan belum menyelesaikan seluruh pertikaian mereka. Presiden Bashir sudah dinyatakan sebagai ”terdakwa” oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas peristiwa berdarah di Darfur. Warga kulit hitam di Sudan Selatan terlibat peperangan selama lima dekade, berpuncak pada kesepakatan damai 2005 yang akhirnya mewujudkan kemerdekaan pada hari Sabtu itu.

(AP/AFP/SHA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com