Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anwar Ibrahim Terluka dalam Aksi Demo

Kompas.com - 09/07/2011, 19:37 WIB

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim mengalami memar di kepala dan kakinya setelah polisi Malaysia menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa yang menuntut reformasi pemilu, Sabtu (9/7/2011).

Kantor berita AFP seperti dikutip Channel News Asia malam ini melaporkan, Anwar Ibrahim dibawa ke Pantai Hospital dengan ambulans, dikawal oleh pengawalnya yang juga terluka.

A. Xavier Jayakumar, legislator yang beraliansi dengan partai politik Anwar Ibrahim, mengatakan dia dan pemimpin oposisi lainnya bersama ratusan pengunjuk rasa berkumpul bersama di stasiun KA di pusat kota Kuala Lumpur, ketika polisi menembakkan gas air mata.

"Terjadi kepanikan. Anwar terjatuh, dan kepalanya terantuk trotoar. Dia mengalami memar di kepala dan kaki kirinya," kata Jayakumar di rumah sakit. "Anwar sangat terguncang setelah terjatuh akibat tembakan gas air mata," jelasnya.

Kepala Kepolisian Diraja Malaysia Inspektur Jenderal Ismail Omar dalam jumpa pers Sabtu malam menyebutkan, sebanyak 1.401 pengunjuk rasa ditangkap, namun Anwar Ibrahim tidak termasuk yang ditangkap. Di antara mereka yang ditangkap adalah Abdul Hadi Awang, Presiden Pan-Malaysia Islamic Party (PAS), partai oposisi terbesar di Malaysia, dan Ambiga Sreenivasan, pemimpin Koalisi Bersih, yang mengorganisasi aksi unjuk rasa. Sebagian besar tahanan segera dibebaskan setelah diperiksa polisi.

Polisi Malaysia menggunakan gas air mata dan water cannon saat menghadapi pengunjuk rasa yang turun ke jalan menentang pemerintah. Sekitar 8.000 pengunjuk rasa melawan barisan polisi anti-huruhara di depan stasiun bus di jantung kota Kuala Lumpur dengan mendorong kerumunan massa ke arah garis polisi. Pengunjuk rasa mengambil tabung gas air mata dan melemparkan kembali ke arah polisi.

Jayakumar mengatakan, kondisi Anwar Ibrahim dalam keadaan baik meski dokter menginginkan dia untuk tetap di rumah sakit agar mereka dapat memantau kesehatannya. Sementara pengawal Anwar harus menjalani operasi kecil setelah mata kirinya terganggu akibat tembakan air mata yang dilontarkan polisi.

Para pengunjuk rasa terbagi dalam tiga kelompok utama. Selepas siang, mereka mencoba memaksa menembus barisan polisi agar bisa masuk ke stadion dan kemudian menuju Istana Raja untuk menyerahkan memorandum yang berisi tuntutan massa. "Mengapa pemerintah mencoba mengintimidasi warga negara?" kata Mohamad Manij Abdullah (50), pengusaha yang bergabung dalam aksi unjuk rasa. "Kami hanya mencoba mereformasi pemilu agar kami memiliki pemerintahan yang bersih dan adil," kata Abdullah kepada AFP.

Seorang mahasiswa, Chew Ai Nee (30), mengatakan, "Kami harus turun ke jalan karena kami tidak diberi kesempatan untuk mengekspresikan tuntutan kami atas perubahan. Pemerintah tidak dapat membungkam kami ketika kami melakukan aksi unjuk rasa."

Banyak pengunjuk rasa meneriakkan, "Reformasi, Allah Maha Besar, Hidup Rakyat."

Sementara itu, Mukhriz Mahathir, anggota UMNO—partai politik koalisi Barisan Nasional yang dipimpin Perdana Menteri Najib Razak—yang berkuasa, kepada AFP mengatakan, pemerintah harus beraksi mencegah aksi anarkis. "Kita tidak dapat mengizinkan kelompok minoritas memprotes dan mengaduk-aduk negeri ini," katanya, yang menuduh pengunjuk rasa memprovokasi polisi yang menembakkan gas air mata. "Mereka dapat menuduh pemerintah melakukan kekerasan."

Deputi Direktur Human Rights Watch (HRW) Asia Division Phil Robertson, yang bermarkas di New York, mengecam polisi Malaysia yang melakukan penangkapan atas pengunjuk rasa. (AFP/CNA/KSP)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com