Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Dituduh Campur Tangan di Suriah

Kompas.com - 08/07/2011, 08:24 WIB

DAMASKUS, KOMPAS.com - Suriah, Kamis (7/7/2011), menuduh Amerika Serikat "campur tangan" dalam protes yang menggoyang negara itu selama empat bulan terakhir, setelah Dubes AS, Robert Ford, mengunjungi kota yang bergolak, Hama.

"Kehadiran duta besar AS di Hama tanpa ijin sebelumnya, bukti jelas campur tangan  Amerika Serikat dalam peristiwa yang sedang berlangsung, dan upaya mereka untuk meningkatkan (ketegangan), yang merusak keamanan dan kestabilan Suriah," kata Kementerian Luar Negeri Suriah di Damaskus dalam sebuah pernyataan. "Suriah memperingatkan mengenai perilaku yang tidak bertanggung jawab tersebut dan menekankan tekadnya untuk terus mengambil semua langkah yang akan membawa kembali ketenangan dan kestabilan negara," tambah pernyataan itu.

Menurut para aktivis pro-demokrasi, aksi-aksi protes anti-rejim yang terjadi Jumat lalu di Hama melibatkan setengah juta orang.  Pihak keamanan tidak campur tangan dan Presiden Bashar al-Assad memecat gubernur kota itu pada hari berikutnya.

Sebelumnya, di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, mengatakan, Ford "tertarik melihat aktivitas besok". Ia mengacu kepada serangkaian protes terbaru yang direncanakan setelah shalat Jumat. Seorang pejabat senior AS, yang tidak mau disebut jatidirinya, mengatakan, Ford di kota Hama untuk "melakukan kontak" dengan para pemimpin oposisi di sana. "Kami perlu tahu siapa orang-orang ini, kami perlu tahu apa yang mereka cita-citakan dalam hal proses politik dan masa depan yang berbeda untuk negara mereka. Kami perlu melakukan kontak dan untuk itulah dia berada  di sana," kata pejabat itu.

Ratusan warga telah mengungsi dari Hama pada jam-jam terakhir, karena takut tindakan keras tentara. Hama telah menjadi simbol oposisi sejak penumpasan tahun 1982 terhadap para anggota Ikhwanul Muslimin, organisasi yang dilarang, yang melawan Presiden Hafez al-Assad, ayah presiden yang sekarang ini. Sedikitnya 20.000 orang tewas ketika itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com