Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RS Indonesia di Gaza Dibangun

Kompas.com - 08/07/2011, 03:27 WIB

Jakarta, Kompas - Lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee Indonesia mulai membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, Palestina. Pembangunan pusat penanganan trauma ini diharapkan tetap berjalan meski tanpa realisasi dukungan dana Pemerintah RI.

Hal itu dikemukakan Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia Sarbini Abdul Murad dalam kunjungan ke Redaksi Kompas di Jakarta, Kamis (7/7).

Sarbini mengatakan, pembangunan RS Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza, itu telah berjalan sejak 14 Mei 2011. ”Pembangunan struktur gedung sudah mencapai 20 persen dari yang direncanakan,” kata Sarbini yang didampingi Koordinator Divisi Konstruksi Faried Thalib dan staf MER-C Indonesia.

Sarbini menuturkan, dana awal pembangunan RS Indonesia sebesar Rp 15 miliar merupakan sisa dana sumbangan dari masyarakat Indonesia.

”Total dana dari masyarakat Indonesia untuk warga Palestina terkumpul Rp 23 miliar. Dana itu diwujudkan dalam bentuk obat- obatan, ambulans, dan sebagainya. Setelah ada gencatan senjata tahun 2009, dana yang tersisa cukup banyak, Rp 15 miliar. Berdasarkan hasil survei para relawan tentang yang dibutuhkan masyarakat Palestina, sisa dana diputuskan untuk membangun RS Indonesia berupa Trauma Center, sebagai monumen ikatan emosional masyarakat Indonesia-Palestina,” ujar Sarbini.

Pusat penanganan trauma yang berada di perbatasan Palestina-Israel ini, menurut Faried, direncanakan memiliki tiga lantai dengan kapasitas 100 pasien. Pembangunan gedung hingga selesai membutuhkan biaya Rp 30 miliar. Dengan demikian, MER-C masih kekurangan dana setidaknya Rp 15 miliar.

Saat penjajakan awal, MER-C mendapat komitmen dukungan bantuan dana dari Pemerintah Indonesia sebesar Rp 20 miliar yang akan disalurkan melalui Kementerian Kesehatan.

”Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjanjikan akan menyumbang Rp 20 miliar untuk RS Indonesia saat kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Indonesia tahun lalu. Bahkan, Ketua DPR Marzuki Alie sudah meletakkan batu pertama (pembangunan rumah sakit) saat datang ke Gaza,” ujar Sarbini.

Ia menyayangkan, hingga kini dana itu belum dicairkan pemerintah. ”Bahkan, dana dari pemerintah yang disalurkan melalui Kemkes dialihkan ke IDB (Bank Pembangunan Islam) untuk membangun Cardiac Centre di RS As Syifa Gaza pada Februari. Yang kami dengar alasan Kemkes adalah program RS Indonesia sulit karena persoalan ketiadaan lahan dan sulitnya perizinan. Padahal, pembangunan RS Indonesia didasarkan pada MOU dengan Menkes Palestina Bassim Naim pada 23 Januari 2009,” kata Sarbini.

Untuk membangun RS Indonesia, Pemerintah Palestina mewakafkan tanah seluas 16.261 meter persegi. Kini kontraktor sedang membangun struktur gedung dengan biaya Rp 10 miliar dalam delapan bulan.

Setelah ini akan ditenderkan pembangunan arsitektur gedung dan mekanik elektriknya dengan biaya Rp 20 miliar. Adapun alat- alat kedokteran akan diupayakan oleh MER-C Cabang Belanda dan Jerman untuk mendapatkan hibah peralatan dari rumah sakit di negara-negara Eropa. MER-C sangat menyesalkan sikap Pemerintah Indonesia. Semula RS Indonesia di Gaza diharapkan akan seperti RS Istiqlal di Bosnia di era Presiden Soeharto.

Hasil rapat interdep

Saat dikonfirmasi, Menteri Kesehatan Endang R Sedyaningsih menjelaskan, hal itu merupakan keputusan rapat interdep yang dihadiri antara lain wakil dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri, Ketua DPR, dan Komisi I DPR yang menyepakati bahwa bantuan akan disampaikan antarpemerintah (G to G). Juga diputuskan menghubungi IDB yang ditunjuk Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sebagai badan rekonstruksi di Palestina.

Pihak Kemkes kemudian mengundang wakil IDB untuk menanyakan bagaimana Pemerintah Indonesia bisa membantu dalam hal kesehatan. ”Kita ingin sesuatu yang tampak (tangible),” kata Menkes.

Dalam pertemuan selanjutnya, demikian kata Menkes, wakil IDB menyatakan bahwa di Gaza dibutuhkan pelayanan kesehatan mata dan jantung. Mereka sedang membangun rumah sakit besar. Indonesia memilih berpartisipasi dalam pembangunan pusat kesehatan jantung di rumah sakit itu.

Namun, dana Rp 20 miliar itu belum cukup untuk membangun. Dana itu akan menjadi bagian dari lembaga trustee IDB yang menghimpun dana dari negara- negara yang berkomitmen untuk berpartisipasi membangun pusat kesehatan jantung tersebut.

Dalam hal ini penggunaan dana untuk rumah sakit di Gaza harus mendapat persetujuan DPR. Untuk itu Kemkes telah bersurat kepada Kemkeu dan pihak Kemkeu sudah bersurat kepada DPR.

Himpun dana masyarakat

Untuk menutupi kekurangan dana, MER-C Indonesia kini kembali mengandalkan sumbangan dari masyarakat. Mereka menggulirkan gerakan Rp 20.000 per orang untuk RS Indonesia di Gaza. Sosialisasi gerakan ini telah digencarkan di jejaring sosial Facebook dan Twitter.

Targetnya 1 juta penyumbang. Sebulan sejak digulirkan, kata Sarbini, sudah terkumpul dana sebesar Rp 452 juta. Sumbangan bisa disampaikan melalui rekening MER-C di BCA (686.0153678) dan Bank Syariah Mandiri (009.0121.773).(ATK/JON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com