Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy Ogah Terlibat Pembicaraan Damai

Kompas.com - 07/07/2011, 13:21 WIB

PRETORIA, KOMPAS.com — Pemimpin Libya Moammar Khadafy mengirim utusan kepada Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma untuk menyampaikan bahwa dia tidak akan ikut campur dalam perundingan tentang perjanjian damai dan masa depannya.

"Khadafy bilang ia tidak ingin berada di perundingan dan dengan begitu dia tidak akan menjadi bagian dari negosiasi tentang masa depan Libya atau dirinya sendiri,” kata Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Maite Nkoana-Mashabane pada konferensi pers, Rabu (6/7/2011).

Zuma adalah anggota tim Uni Afrika yang mencoba menjadi perantara perjanjian perdamaian Libya. Zuma, Senin lalu, bertemu Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan Pemimpin NATO Anders Fogh Rasmussen, di Sochi, sebuah resor di Laut Hitam, untuk membahasa penyelesaian konflik Libya.

Nkoana-Mashabane mengatakan, tim Uni Afrika berencana bertemu dalam beberapa hari di kantor pusat organisasi itu di Addis Ababa guna mendengar tanggapan dari pemerintah Khadafy dan pihak oposisi terkait  rencana perdamaian paling akhir yang diajukan pada KTT Afrika minggu lalu. "Kami berharap Uni Afrika akan diberi ruang politik yang diperlukan untuk menjalankan mandatnya dalam mengejar peta jalan (perdamaian),” kata Nkoana. "Uni Afrika adalah pusat bagi setiap solusi untuk Libya. Oleh sebab itu, kami tidak seharusnya diusik atau dihancurkan dengan segala cara.”

Uni Afrika berencana melakukan gencatan senjata dan negosiasi bagi reformasi demokrasi di Libya. Sejauh ini, Uni Afrika tidak berhasil meyakinkan para pemberontak untuk menyetujui proposal itu, atau meyakinkan Khadafy untuk meninggalkan kekuasaan seperti yang diminta para pemberontak. "Kami tidak (dapat) memaksa para presiden (di Afrika) keluar dari negara mereka," kata Nkoana. "Kami menginginkan sebuah benua dengan para mantan presiden yang hidup bahagia dan (merasa) berguna di negara mereka sendiri."

Panel Uni Afrika tentang Libya juga beranggotakan pemimpin Mauritania, Mali, Uganda, dan Kongo. Pada KTT Uni Afrika minggu lalu di Equatorial Guinea, para pemimpin itu mengumumkan bahwa Khadafy menolak negosiasi dan blok beranggota 53 negara itu gagal membuat keputusan bersama tentang masa depan Khadafy.

Para pemimpin itu menyerukan pengampunan bagi kejahatan yang dilakukan Khadafy dan pasukan setianya selama konflik di negara itu dan pencairan aset Libya di luar negeri. Uni Afrika juga memutuskan bahwa anggotanya tidak akan melaksanakan perintah penangkapan yang dikeluarkan Pengadilan Kejahatan Internasional terhadap pemimpin Libya itu.

Khadafy merupakan salah penyokong utama pendanaan Uni Afrika dan, berkat uang hasil jual minyaknya yang berlimpah, Khadafy turut membiayai sejumlah proyek di benua itu selama beberapa tahun.

Para pemimpin Afrika itu telah secara terbuka mengecam serbuan NATO terhadap rezim Khadafy, termasuk Zuma yang bulan lalu menuduh NATO telah menyalahgunakan resolusi PBB yang mengesahkan aksi pemboman tersebut. Zuma telah menyatakan bahwa tindakan NATO merusak upaya Uni Afrika dalam menemukan sebuah solusi yang langgeng di negara Afrika utara tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com