Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konten Lokal di Game Online Masih Minim

Kompas.com - 07/07/2011, 12:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Konten lokal di game online masih minim. Demikian dikatakan Sigit Widodo dari Nusantara Online dalam seminar "Media Baru: Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri" yang diadakan Kamis (7/7/2011) di Hotel Nikko, Jakarta.

"Ada lebih dari 50 game online kelas A yang digunakan di Indonesia, tetapi semua konten asing asing. Tidak ada yang konten lokal," ungkap Sigit.

Bukti miskinnya konten lokal di luar ranah game juga ada di online. Meskipun kini meningkat pengaksesnya, hanya satu situs Indonesia yang masuk 10 besar.

"Game-game dengan konten lokal memang ada, tapi bukan di kelas A. Rata-rata masih kelas B atau ke bawah dan masih pakai JAVA dan Flash. Padahal game ini rentan di masalah marketing, sedemikian rentan sehingga mudah dibajak," lanjut Sigit.

Jika hal tersebut tetap dibiarkan terjadi, maka yang dirugikan sebenarnya adalah developer lokal. "Saya agak khawatir dengan developer lokal jika demikian. Mereka sudah sulit mengembangkan, tetapi pada akhirnya dirugikan," urai Sigit.

Dengan minimnya konten lokal, Sigit memprihatinkan bahwa tak banyak developer game yang memasukannya. "Kebanyakan memakai figur lokal dengan karakter asing. Dan anehnya ini sudah dianggap biasa," lanjut Sigit.

Sigit saat ini sudah berupaya memasukkan konten lokal pada game yang dikembangkannya di Nusantara Online. Namun, ia merasakan bahwa sejauh ini pemerintah belum banyak mendukung industri kreatif, termasuk game.

"Dukungan memang ada, tetapi lebih pada industri kreatif non digital seperti batik dan sebagainya. Tapi, masalahnya kita mau ke mana sekarang? Masa depan ada pada industri kreatif digital," ungkap Sigit.

Sigit mengatakan, saat ini yang dibutuhkan oleh developer game dan pelaku industri digital lainnya adalah pendanaan. "Contohnya misalnya Korea Selatan sejak tahun 1990-an sudah punya badan pendanaan khusus yang menangani industri kreatif. Malaysia juga sudah punya sejak tahun 2000," kata Sigit.

Hal lain adalah strategi memasukkan konten lokal. "Contoh animasi Upin Ipin Malaysia yang masuk Disney. Mereka ancam kalau enggak ada konten lokal di Disney maka Disney enggak bisa tayang di Malaysia. Nah. Ini sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia," papar Sigit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com