Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita PM Pertama Bukan Kemenangan Feminisme

Kompas.com - 06/07/2011, 03:32 WIB

Thailand bersiap mendapatkan perempuan perdana menteri pertamanya, Yingluck Shinawatra. Namun, para pengamat mengatakan, kemenangan Yingluck sebagai wali politik kakaknya yang terkenal tidak bisa dipandang sebagai tonggak bersejarah bagi hak-hak kaum perempuan.

Dua bulan lalu, dia tak dikenal orang. Namun, Yingluck memimpin Partai Puea Thai pada kemenangan, hari Minggu, walau kenaikannya yang sangat cepat itu karena kakaknya, mantan Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra, yang mengontrol partai itu dari luar negeri.

Sebagai hasilnya, kaum feminis Thailand enggan mengatakan kemenangan Yingluck dalam pemilu itu sebagai kemenangan untuk kesetaraan dengan menyebut kemenangan itu lebih merupakan bagaimana membonceng seorang pria.

”Bagaimana kami bisa bangga? Seluruh dunia tahu bahwa ini adalah karena Thaksin,” kata Sutada Mekrungruengkul, Direktur Lembaga Riset Jender dan Pembangunan (GDRI) Thailand.

”Bandingkan itu dengan Aung San Suu Kyi yang telah berjuang selama 20 tahun dan belum menjadi Perdana Menteri Myanmar,” katanya merujuk pada ikon demokrasi Myanmar yang dimarjinalisasi oleh militer.

Berjanji untuk menghidupkan kembali kebijakan-kebijakan populis kakaknya yang kontroversial, yang digulingkan dalam sebuah kudeta tahun 2006, Yingluck tampaknya setia pada arahan Thaksin. Dan, Thaksin malah menyebut adik perempuannya itu ”klon”-nya.

”Tidak diragukan lagi bahwa Yingluck memenangi pemilu ini karena dia adik Thaksin,” kata Andrew Walker, pakar politik Thailand pada Australian National University, Canberra.

Perempuan pengusaha berusia 44 tahun dan ibu seorang anak itu menentang mereka yang meragukan Yingluck, yang berpendapat bahwa dalam sekejap daya tariknya akan hilang. Hangat, karismatik, dan tenang, Yingluck menjalankan sebuah kampanye penuh semangat yang merebut hati publik.

Sebelum terjun ke politik, dia adalah seorang perempuan pengusaha yang dihormati di negeri yang mempunyai banyak perempuan eksekutif.

Baru-baru ini dia menjadi presiden direktur perusahaan real estat SC Asset Corp dan memegang berbagai jabatan dalam kerajaan bisnis Thaksin.

Para aktivis mengkritik Yingluck karena menghindari isu perempuan dalam kampanye. Banyak orang juga meragukan kesetaraan jender akan mendapat prioritas dalam agendanya.

”Dia mungkin memiliki anatomi seorang perempuan, tetapi dia berpikir seperti seorang laki-laki dan saya rasa dia tidak akan melakukan hal yang luar biasa bagi kaum perempuan,” kata Arpaporn Sumrit, dosen Pusat Kajian Perempuan Universitas Chiang Mai. (AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com