Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Masih Bungkam Tibet

Kompas.com - 02/07/2011, 16:39 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Seorang penulis muda Tibet dihukum empat tahun penjara setelah ia ikut menulis esai-esai yang ditujukan pada kebijakan-kebijakan China di wilayah itu sejak aksi kekerasan meletus pada 2008, kata satu kelompok hak asasi manusia, Sabtu (2/7/2011).

Tashi Rabten, redaktur sebuah majalah yang dilarang  Eastern Snow Mountain dihukum pada 2 Juni 2011 di Aba, provinsi Sichuan, China barat daya, kata Kampanye Internasional untuk Tibet (ICT).     

Menurut kelompok yang berpangkalan di Amerika Serikat itu ia ditahan selama lebih dari satu tahun sebelum dihukum. Lalu, tiga penulis lainnya bersama dia dipenjarakan Desember tahun lalu. ICT tidak mengatakan tuduhan apa yang dikenakan terhadap dia.     

Tashi Rabten, adalah penulis bersama bagi satu koleksi esai-esai berjudul "Menulis dengan Darah", kata kelompok itu.      Ini menceritakan situsi di daerah-daerah Tibet sejak Maret 2009, ketika aksi kekerasan anti-pemerintah meletus di Lhasa, ibu kota Tibet  dan kemudian meluas ke provinsi-provinsi tetangga yang banyak dihuni warga Tibet.     

Saat ICT menelpon Pengadilan Rakyat Aba, tidak ada jawaban yang didapat. Pemerintah daerah itu tidak memberikan komentar ketika dihubungi AFP.     

ICT mengatakan majalah itu pertama menerbitkan jurnal berbahasa Tibet tentang tindakan keras yang terjadi mulai 2008 dan seterusnya yang memberikan satu perspektif kritis yang mencerminkan satu rasa putus asa dan korban jiwa, tetapi juga satu jalan ke depan.     

Pemerintah China menyatakan bahwa standar hidup warga Tibet membaik dalam puluhan tahun belakangan ini. China juga menyatakan miliaran  dollar AS telah dikeluarkan untuk prasarana dan proyek-proyek pembangunan.     

Tetapi, ketegangan mendalam di daerah-daerah Tibet, di mana para warga Tibet menuduh pemerintah berusaha menghapuskan kebudayaan mereka, dan mengecam apa yang mereka anggap sebagai dominasi yang meningkat kelompok etnik Han China yang mayoritas.     

Pada April tahun ini, pasukan lokal dan keamanan terlibat bentrokan di biara terkenal Kirti di Aba setelah seorang biarawan  membakar dirinya dan tewas agaknya untuk memprotes pemerintah, kata kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com