Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi, Ancaman Terbesar China

Kompas.com - 02/07/2011, 02:54 WIB

Beijing, Jumat - Presiden China Hu Jintao mengingatkan, korupsi saat ini menjadi ancaman terbesar bagi legitimasi kekuasaan Partai Komunis China. Dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap partai akan hilang apabila korupsi tidak diberantas.

Demikian disampaikan Hu di hadapan sekitar 6.000 perwakilan partai dalam pidato peringatan 90 tahun Partai Komunis China (PKC) di Balai Besar Rakyat, Beijing, China, Jumat (1/7). Hu menegaskan, PKC harus menggunakan kemampuannya beradaptasi selama 90 tahun terakhir guna memerangi korupsi dan meredam berbagai konflik sosial di China.

”Partai sepenuhnya sadar akan bobot dan bahaya korupsi yang muncul sebagai akibat kekuasaan partai dalam waktu lama. Jika tidak ditangani secara efektif, korupsi bisa memicu hilangnya dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap partai. Seluruh partai harus tetap waspada terhadap (bahaya) korupsi,” tutur Hu, yang sudah sembilan tahun memimpin satu-satunya partai politik di China tersebut.

Korupsi yang dilakukan oleh para pejabat PKC selalu menempati posisi teratas penyebab ketidakpuasan publik dalam berbagai jajak pendapat di China. Sebagian besar rakyat memuji pucuk pimpinan partai telah berjasa membawa China menuju kemakmuran yang lebih baik.

Sebaliknya, para pejabat partai di tingkat lokal mereka cela sebagai pejabat yang masa bodoh terhadap nasib rakyat, bahkan suka bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat.

Praktik-praktik mendapatkan posisi ”basah” di dalam struktur partai maupun struktur birokrasi melalui jalan belakang dan diwarnai penyuapan sudah menjadi hal lazim di China.

Hu mengatakan, seluruh PKC saat ini dihadapkan pada tantangan dan masalah yang makin besar. Ia mengingatkan, banyak pejabat partai yang ”tidak kompeten” dan ”terputus dari rakyat”. ”Sangat mendesak bagi partai untuk menegakkan disiplin terhadap para anggotanya,” kata Hu.

Ia berjanji akan menerapkan sistem penghargaan personel yang lebih bertumpu pada prestasi seseorang dan akan mendorong perekrutan anggota muda berbakat. Saat ini, tiga perempat dari 80 juta anggota PKC sudah berusia di atas 35 tahun. ”(Anggota muda) mewakili masa depan dan harapan partai,” ungkap Hu lagi.

Besar-besaran

Rangkaian peringatan hari ulang tahun ke-90 PKC ini dirayakan besar-besaran. Mulai dari pemasangan spanduk berisi puja-puji terhadap keberhasilan PKC sejak berkuasa tahun 1949, peluncuran film sejarah PKC yang bertabur bintang-bintang film ternama, lomba menyanyikan lagu-lagu perjuangan ”merah” dari era 1950-an, hingga pembukaan jalur kereta api supercepat Beijing-Shanghai dan peresmian Jembatan Teluk Jiaozhou, yang tercatat sebagai jembatan terpanjang di dunia.

Jembatan yang menghubungkan kota Qingdao di China timur dengan Pulau Huangdao tersebut memiliki panjang 42 kilometer dan lebar 35 meter. Jembatan yang dibangun dengan biaya 10 miliar yuan (sekitar Rp 13,2 triliun) itu mulai dibuka untuk umum hari Kamis dan menandakan satu lagi pencapaian China di bidang infrastruktur.

Meski demikian, para pengamat memandang rangkaian perayaan besar-besaran itu sebagai upaya untuk menutupi masalah besar yang dihadapi PKC. ”Di usia 90 tahun, PKC mirip seperti orang berusia 90 tahun: makin lemah, penuh ketakutan, mencoba-coba berbagai cara untuk memperpanjang usia, tetapi kewalahan dengan berbagai kerumitan untuk mengurus dirinya sendiri,” tutur David Shambaugh, pakar China dari Elliott School of International Affairs.

Pidato Hu juga dipandang tidak menunjukkan niat untuk mereformasi sistem politik China ke arah yang lebih demokratis. Sebaliknya, Hu justru berulang kali menekankan pentingnya menjaga stabilitas, yang menunjukkan tak ada niat PKC untuk melepas cengkeraman kuat terhadap kekuasaan di China.

”Tanpa stabilitas, tak ada yang bisa dicapai, dan semua pencapaian yang telah kita capai akan hilang. Semua anggota partai harus mencamkan pesan ini di hati mereka, dan mereka juga harus memimpin rakyat untuk mencamkan ini di hati mereka,” ujar Hu.

Pemerintah China di bawah Hu dikenal makin keras mengendalikan masyarakat China yang makin beragam dan makin berani menyuarakan pendapat. Beberapa bulan terakhir, pemerintah menangkapi para aktivis demokrasi dan hak asasi manusia.

(AP/AFP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com