Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kubu Thaksin Masih Populer

Kompas.com - 30/06/2011, 03:07 WIB

SANKAMPHAENG, RABU - Posisi sekaligus figur mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra masih populer dan berpengaruh di mata sebagian besar rakyat Thailand. Politik dan pemilu Thailand tak ubahnya hanya seputar isu Thaksin. Demikian kata pengamat Thailand, Paul Chambers, Rabu (29/6).

Menurut Chambers, yang berbicara di Sankamphaeng, hal ini tampak dari unggulnya Partai Puea (juga ditulis dengan nama Pheu) Thai, partai politik bentukan kubu Thaksin, dalam berbagai jajak pendapat. Thailand menggelar pemilihan umum hari Minggu, 3 Juli.

Partai Puea Thai mengusung adik perempuan Thaksin, Yingluck Shinawatra. Jika menang, Yingluck berkesempatan menjadi perdana menteri perempuan pertama di sana.

”Salah besar jika menganggap kudeta tahun 2006 berhasil menyingkirkan Thaksin. Dia masih diidolakan banyak pemilih dari kelas pekerja dan pinggiran mengingat kebijakannya sangat populis,” ujar Chambers, juga peneliti senior rekanan Payap University di Thailand utara.

Namun, tambah Chambers, kalaupun Partai Puea Thai menang telak dan membentuk pemerintahan, hal itu tidak lantas menjadikan Thaksin langsung kembali ke Thailand.

Pada tahun 2008, Thaksin keluar dari Thailand beberapa saat sebelum pengadilan menjatuhkan vonis in absentia dua tahun penjara untuk tindak pidana korupsi. Kondisi ini membuat Thaksin hanya akan mampu mengecap kemenangan dari tempatnya mengasingkan diri hingga sekarang di Dubai.

Namun, jika berhasil menang telak, kekuatan pro-Thaksin bakal menghidupkan pengadilan bagi siapa saja yang dianggap bertanggung jawab atas tewasnya lebih dari 90 pengunjuk rasa loyalis Thaksin, kelompok ”Kaus Merah”, dalam peristiwa berdarah pada April 2010.

Saat itu korban tewas setelah pengunjuk rasa ”Kaus Merah” bentrok dengan aparat keamanan. Pihak militer, pembenci Thaksin, ”mendongkel” Thaksin dalam kudeta tahun 2006. Keterlibatan militer dalam politik di Thailand sangat kuat.

Rival ingin menyingkirkan

Rival politik Thaksin, PM Abhisit Vejjajiva, terang-terangan ”membidik” Thaksin dalam kampanye. Hal itu tampak dari tema yang dipilih kubu Abhisit, yang mengajak pendukungnya untuk ”Menyingkirkan Racun Thaksin”. Bagi sebagian kalangan elite, sosok Thaksin dianggap membahayakan eksistensi kerajaan.

Thaksin masih menghadapi tuduhan lain, seperti terorisme, menyusul insiden berdarah unjuk rasa para loyalisnya, kelompok ”Kaus Merah”. Atas tuduhan itu, Thaksin bisa dijatuhi hukuman mati jika terbukti terlibat menjadi dalang aksi unjuk rasa berujung kematian mayoritas warga sipil itu.

Ini menjadi ganjalan bagi Thaksin untuk kembali ke Thailand walau kalangan oposisi telah mengajukan upaya amnesti baginya jika Partai Puea Thai menang telak dan memerintah.

Namun, kalangan militer, elite pemerintahan, dan lingkaran istana tak sudi Thaksin kembali sebagai orang bebas. Malah, tambah Chambers, jika Thaksin nekat kembali, bakal menjadi semacam ”lampu hijau” kudeta baru di negeri itu.

Sementara itu, empat tentara Thailand dan seorang warga sipil ditangkap dan ditahan aparat keamanan setempat di kawasan tenggara Thailand dengan tuduhan mengintimidasi warga dan aktivis oposisi menjelang pemilu.

Penangkapan dilakukan menyusul keluhan dari sejumlah aktivis Partai Puea Thai. Keempat tentara berpangkat letnan, sersan, dan prajurit itu mengendarai mobil berkeliling desa di Provinsi Nakhon Ratchasima dan meminta warga desa tidak terlibat dalam urusan politik.

Kelima orang itu ditahan hari Selasa. Mereka menolak tuduhan telah mengintimidasi. Pihak kepolisian menuduh mereka atas kejahatan membawa senjata api secara ilegal. Menurut juru bicara kepolisian Thailand, Mayjen Prawut Thavornsiri, keempatnya menjalani pemeriksaan di institusi angkatan darat.

Sebelumnya, Panglima Angkatan Bersenjata Thailand Jenderal Prayut Chan-O-Cha bertekad menempatkan institusinya dalam posisi netral pada pemilu mendatang. Namun, dia juga melontarkan ajakan kepada masyarakat agar mereka hanya memilih ”orang baik” dalam pemilu hari Minggu mendatang. Ajakan seperti itu diyakini merupakan ”serangan” terhadap kubu Thaksin.

(AFP/DWA) AP Photo Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva (tengah) berjalan menembus genangan air di Provinsi Nan, Thailand utara, Selasa (28/6). Curah hujan tinggi memicu banjir yang melanda beberapa provinsi di Thailand utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com