Telepon itu milik Sheikh Abu Ahmed, kurir Osama bin Laden, yang turut tewas dalam serangan pasukan khusus AS, 2 Mei, di Abbottabad, Pakistan.
Pejabat AS itu, sebagaimana dikutip harian AS, The New York Times, Jumat (24/6), mengatakan, memori telepon itu membantu para analis AS mencapai kesimpulan bahwa pimpinan gerakan Mujahidin melakukan kontak intens dengan dinas intelijen Pakistan.
Pejabat AS itu juga menegaskan, hasil analisis dari memori telepon itu membantu menjawab pertanyaan selama ini, bagaimana Osama bisa lolos dari pantauan pihak intelijen dan militer Pakistan selama bertahun-tahun.
Temuan ini bisa menjelaskan mengapa Osama bisa hidup tenang di tempat yang hanya berjarak sekitar 50 kilometer dari ibu kota Islamabad.
Menurut para analis, gerakan Mujahidin memiliki basis dukungan massa yang kuat di sekitar Abbottabad dan gerakan itu bermain mata dengan Al Qaeda dan dinas intelijen Pakistan.
Salah satu kejutan lain adalah kisah yang diungkapkan pemikir dan wartawan gaek Mesir, Mohamed Hassanein Heikal, kepada harian terkemuka Mesir, Al Ahram, akhir Mei lalu. Menurut Heikal, AS membunuh Osama yang sudah di ambang kematian secara alamiah karena penyakit gagal ginjal yang diderita sejak tahun 2004.
Osama pernah menjalani operasi cangkok ginjal di Arab Saudi pada tahun 1980-an sebelum ikut berjihad melawan pendudukan Uni Soviet di Afganistan.
Penyakit ginjal Osama kemudian kambuh ketika ia berada di persembunyian di pegunungan Tora Bora (Afganistan-Pakistan) pascatragedi 11 September 2001.
Osama menanggung beban sakit ginjal itu sekian tahun hingga akhirnya mengalami gagal ginjal. Selama di tempat persembunyian itu, Osama mendapat perlindungan dari sejumlah pejabat dinas intelijen Pakistan (ISI).