Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keran Impor Daging Jangan Dibuka

Kompas.com - 17/06/2011, 19:16 WIB

BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Perusahaan penggemukan sapi impor di Lampung meminta pemerintah melobi pemerintah Australia agar larangan ekspor bakalan sapi dicabut. Jangan sampai kondisi ini menjadi alasan dibukanya keran impor daging.

Langkah diplomatik harus dilakukan seiring perbaikan animal welfare (kesejahteraan hewan) di rumah-rumah potong. Yang paling penting, pemerintah jangan sampai panik, lalu membuka keran impor daging.

"Impor daging tidak akan punya nilai tambah sebaik usaha feedlot (penggemukan sapi)," ujar Ketua Forum Feedlot Wilayah Lampung Didiek Purwanto.

Direktur Utama Great Giant Livestock Co ini berharap, pemerintah ikut memikirkan nasib usaha feedlot (penggemukan sapi) terkait larangan pengiriman sapi bakalan dari Australia. Selain PHK massal, penghentian ini dikhawatirkan berdampak pada penyediaan stok nasional daging tiga bulan ke depan.

Saat ini dampaknya memang belum terasa. Sebab, persediaan (sapi) di feedlot-feedlot masih ada. "Namun, tiga bulan ke depan, jika tidak segera ada penggantinya, akan terjadi kekurangan daging sapi besar-besaran," ujar dia.

Bahkan, pihaknya telah berancang-ancang melakukan PHK massal terhadap karyawan-karyawannya. Bisnis feedlot ini memiliki multiplier effect besar, menyediakan lapangan pekerjaan. "Setiap feedlot bisa menghidupi sekitar 400 orang," papar Didiek.

"Sebetulnya bisa saja, kami (feedlot) menggunakan sapi bakalan lokal. Namun, pengadaannya ini juga sulit. Kalau sapi lokal sekarang dihabiskan (dipotong), swasembada (daging) di 2014 bisa-bisa just ru sulit terwujud," ujar Didiek kemudian.

Daya tampung feedlot di GGLC mencapai 30.000 ekor. Namun, karena kendala pasokan, kini hanya terisi 60 persen diantaranya. Di Lampung saat ini terdapat sedikitnya enam perusahaan feedlot, sehingga dikenal salah satu sentra penggemukan sap i. Sebanyak 40 persen pasokan daging sapi hasil penggemukan se-tanah air dihasilkan di Lampung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com