Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekerasan Militer Timbulkan Rasa Takut

Kompas.com - 16/06/2011, 03:22 WIB

Al Jouz, Rabu - Militer Suriah telah melakukan kekerasan berlebihan saat meredam aksi unjuk rasa antirezim Presiden Bashar al-Assad. Tindakan itu dilukiskan sebagai represi paling kejam dan menimbulkan rasa takut teramat sangat.

Itu sebabnya, hingga hari Rabu (15/6), ribuan warga Suriah masih terus mengungsi ke negara tetangga, terutama Turki dan Lebanon. Rezim yang berkuasa mengerahkan lagi unit-unit militer ke perbatasan di utara setelah mengobrak-abrik kekuatan oposisi di Suriah selatan dan timur.

Ribuan warga tetap saja nekat kabur dari negaranya itu ke Turki, Lebanon, dan sebagian kecil ke Irak. Tidak hanya terus menekan dan menghalau demonstran serta menangkap tokoh dan aktivis oposisi, rezim Assad juga menghalangi kebebasan pers, seperti dilaporkan CNN.

Reporter CNN menuturkan, wartawan asing dilarang masuk Suriah. Dia masuk ke desa-desa di wilayah Turki, tidak jauh dari Kherbet al-Jouz, kota perbatasan di Suriah utara. Di sini si reporter merekam ”kisah horor demi kisah horor” yang diceritakan para pengungsi Suriah yang berhasil lolos ke Turki.

CNN sempat mewawancarai orang-orang di sebuah pusat perkemahan darurat dekat Kherbet al-Jouz. Tenda darurat dipasang di antara pohon-pohon. Satu keluarga menuturkan, mereka telah melewatkan malam dengan tidur di lumpur karena hujan turun amat deras di sini.

Warga mandi, minum, dan juga mencuci pakaian di kali yang keruh. Penyakit sudah mulai menyebar, kata Mohammed Merri, seorang apoteker. Dia membawa obat-obatan saat melarikan diri dan kemudian membangun sebuah rumah sakit lapangan setelah ia tiba di perkemahan itu.

”Masalah terbesar saya adalah anak-anak dan orang yang menderita penyakit jantung,” katanya. Dia tak memiliki stok obat- obatan khusus untuk bayi dan anak-anak serta warga yang menderita penyakit jantung. Sebagian besar pengungsi berasal dari Jisr al-Shughour dan kota lain di dekatnya. Di Jisr al-Shughour, Minggu, milisi prorezim, yakni Shabila, melakukan perusakan, pembakaran, dan pembunuhan.

Kisah horor

Sejumlah warga mengisahkan, mereka menyaksikan pengeboman di sekitar kota Jisr al-Shughour. Seorang pengungsi mengatakan, tentara menembak ke arahnya, tetapi meleset. Seorang wanita mengatakan, ia melihat ada banyak orang mati karena aksi tentara dan Shabila itu.

”Mereka (Shabila) membakar ladang kami, merobohkan dan membakar rumah kami,” kata seorang wanita. Dia berniat menyeberang ke Turki. Beberapa warga berharap pulang agar bisa menemukan anggota keluarga mereka yang hilang dalam kekacauan itu.

Mousa (26) mengatakan, dia mencoba pulang beberapa hari lalu, tetapi tidak berhasil. ”Saya sedang mengendarai sepeda motor milik teman saya. Di tengah jalan tiba-tiba saya melihat militer maju melewati kebun zaitun,” katanya. ”Mereka lalu menembak saya.” Siapa saja warga sipil yang ikut dalam aksi protes menentang rezim pasti akan dihabisi Shabila dan militer.

Dilaporkan, penduduk Suriah yang mengungsi itu umumnya warga Sunni, terutama warga yang menghuni Maaret al-Numan. Aktivis mengatakan, ratusan warga terus mengungsi dari Maaret al-Numan, Rabu. Kekerasan aparat tidak surut.

Warga juga mengungsi setelah pasukan keamanan rezim mengobrak-abrik dan menguasai kota itu selain Jisr al-Shughour. Shabila tak pandang bulu, orang jompo, anak-anak, atau wanita tetap diserang. Ada keluarga yang dibantai Shabila. Histeria, jeritan rasa takut, terdengar di kota dan desa yang diserbu Shabila.

Kecam dan bekukan aset

Kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Presiden Assad ini memicu reaksi keras dari dunia internasional. Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap Assad dan para pejabat senior Suriah karena pelanggaran HAM berat, serta membekukan aset rezim Assad.

Empat negara di Eropa yang masuk anggota Dewan Keamanan PBB, Inggris, Perancis, Jerman, dan Portugal, mendesak DK untuk bertindak. Namun, duta besar China dan Rusia tak setuju. Mereka menyatakan, tindakan PBB akan membawa dampak destabilisasi di Timur Tengah.

”China dan Rusia khawatir, jika DK PBB ikut terlibat mengatasi pelanggaran besar HAM di seluruh dunia, akhirnya DK akan fokus pada isu-isu di China dan di sekitar Rusia,” kata Jamie Metzl, Wakil Presiden Eksekutif Masyarakat Asia (Asia Society). ”Kegagalan DK PBB untuk bertindak adalah tragedi,” katanya.

Pengamat lain kecewa terhadap lambannya reaksi DK PBB menyikapi krisis Suriah. Carne Ross, mantan diplomat PBB, mengatakan, DK telah gagal, sejauh ini, untuk bereaksi kepada Suriah. Menurut dia, krisis Suriah sudah ”sangat luar biasa”. DK PBB dinilai tidak peduli atas masalah ini dan mengecewakan.

Rezim Assad menuding konspirasi asing telah memicu kekerasan. Rezim menuding kaum ekstremis agama dan teroris mengacaukan negara. Hari Rabu, ribuan orang menggelar demonstrasi prorezim di Damaskus, ibu kota negara.

Massa mengusung spanduk wajah Presiden dan berteriak, ”Warga dukung Bashar Assad!” Sebuah bendera raksasa sepanjang 2.300 meter dibentangkan di ibu kota. Stasiun televisi Suriah mengatakan, demonstrasi itu untuk mengekspresikan ”persatuan nasional Suriah dan penolakan terhadap campur tangan asing dalam urusan internal”.(CNN.COM/AP/AFP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com