Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Stop Kirim Sapi, DPR Sambut Baik

Kompas.com - 10/06/2011, 08:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan Pemerintah Australia menghentikan ekspor sapi hidup selama enam bulan disambut baik para wakil rakyat di Komisi IV DPR. Mereka berharap pemerintah bisa memanfaatkan momentum ini untuk pengembangan sapi lokal.

Anggota Komisi IV DPR, Viva Yoga Mauladi, berharap Indonesia menghentikan sekalian impor sapi hidup dari Australia. "Ini kesempatan mewujudkan swasembada daging sapi," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Menteri Pertanian Suswono, Kamis (9/6/2011).

Menurut Viva, mewujudkan swasembada daging sapi ini perlu ketegasan pemerintah. Jadi, dia menyarankan, pemerintah tidak membuka impor daging sapi beku untuk menutup kebutuhan daging sapi yang terus meningkat.

Lagi pula, ia menilai, bagi masyarakat Indonesia, daging sapi bukan kebutuhan primer. Jadi, tidak masalah jika Australia menghentikan ekspor sapinya ke Indonesia. "Makan daging sapi hanya mengejar status sosial seperti orang Barat. Tidak makan daging sapi kan tidak apa-apa masih ada kelinci dan ayam," ujarnya.

Hal senada diutarakan anggota Komisi IV DPR, Ibnu Multazam. Ia menilai keputusan Australia tersebut merupakan anugerah karena memberi peluang bagi peternak sapi domestik memenuhi pasar dalam negeri. "Jadi masyarakat tidak perlu takut kehilangan daging sapi," ujarnya.

Menteri Pertanian Suswono mengaku tidak mempersoalkan jika Australia menghentikan sementara ekspor sapi ke Indonesia. "Itu hak Australia," katanya.

Cuma, ia menyayangkan sikap Australia yang terburu-buru menetapkan kebijakan penghentian ekspor sapi hidup. Padahal, belum ada pembuktian bahwa Indonesia melanggar standar animal welfare seperti tudingan LSM Australia. LSM itu menuding Indonesia tak memperlakukan hewan yang hendak disembelih dengan baik saat di rumah pemotongan hewan.

Suswono akan melakukan verifikasi terhadap rumah pemotongan sapi di Indonesia. "Kami mengundang empat ahli Australia dan empat ahli dari Indonesia," ujarnya. (Dwi Nur Oktaviani/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com