Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Induk China alias Ukraina

Kompas.com - 08/06/2011, 17:59 WIB

KOMPAS.com — China patut mendapatkan acungan dua jempol ke atas. Pasalnya, sebentar lagi, Negeri Tirai Bambu itu akan memiliki kapal induk pertamanya.

Kendati begitu, sebagaimana warta AP dan AFP pada Rabu (8/6/2011), kapal induk dimaksud sejatinya adalah kapal induk yang belum kelar sepenuhnya dibangun. Varyag namanya.

Kapal yang diluncurkan pada 4 Desember 1998 itu tadinya milik Uni Soviet. Kapal tersebut dihentikan pembangunannya pada 1992. Kala itu, Varyag memang tergerus oleh runtuhnya Uni Soviet. Alhasil, Uni Soviet pun menyerahkan kapal tersebut kepada Ukraina. Soalnya,  Ukrainalah yang memang jadi basis pembangunan kapal kelas Admiral Kuznetsoz ini. Seturut catatan, kapal induk itu belum rampung pengerjaan kelengkapan elektroniknya.

Ternyata juga, Ukraina tengah bokek alias kehabisan uang. Varyag kemudian dilelang. Seusai menebus banderol lelang sebesar 20 miliar dollar AS, China pun boleh membawa pulang Varyag.

Informasi terkini, Varyag kemudian dituntaskan pembangunannya di galangan Dalian, China. Kapal itu dicat abu-abu, khas Angkatan Laut (AL) China. Nama Shi Lang kemudian menjadi nama baru pengganti Varyag. Pada Oktober 2010 AL China menerima Shi Lang dalam jajarannya.

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata China Jenderal Chen Bingde membenarkan kalau pihaknya memang bersegera mengoperasikan Shi Lang. Sejatinya, pembangunan kapal induk tersebut adalah proyek rahasia China.

Kemudian, Letnan Jenderal Qi Jiangua, asisten kepala staf, mengatakan kepada koran Commercial Daily, bahkan jika kapal induk tersebut digunakan, kapal itu sudah pasti tidak akan berlayar ke wilayah perairan negara lain.  "Semua bangsa besar di dunia memiliki kapal induk mereka sendiri. Itu adalah simbol kebesaran sebuah bangsa," kata Qi, seperti dikutip oleh koran tersebut.

China saat ini memiliki masalah perbatasan lautnya dengan beberapa negara tetangga. Akan tetapi, Letjen Qi mengatakan, China selalu mengikuti prinsip-prinsip bertahan untuk strategi militernya. "Akan lebih baik bagi kami jika kami bertindak lebih cepat dalam memahami samudra dan memetakan kemampuan maritim kami lebih dini," kata Qi Jianghua.

"Kami sekarang menghadapi tekanan besar di beberapa samudra, apakah itu di Laut China Selatan, Laut China Timur, Laut Kuning, atau Selat Taiwan," kata Qi Jiangua merujuk ke perairan-perairan yang diperebutkan China dengan negara-negara tetangga.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com