Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Tak Berani Hadapi Putra Presiden Yaman

Kompas.com - 07/06/2011, 03:10 WIB

Sejak kepergian Ali Abdullah Saleh ke Arab Saudi, Sabtu lalu, untuk keperluan pengobatan, berbagai spekulasi muncul akibat manuver dari kubu yang pro dan kontra terhadap Presiden Yaman itu.

Kubu loyalis berusaha dengan segala cara membangun opini bahwa kepergian Abdullah Saleh hanya untuk berobat dan segera akan kembali ke Yaman. Tokoh loyalis yang menjadi ujung tombak untuk membangun opini itu adalah Deputi Menteri Penerangan Abdu al-Janadi dan penanggung urusan media partai Kongres Rakyat Umum yang berkuasa, Tareq Shami.

Sebaliknya kubu oposisi atau prorevolusi juga berupaya mencegah Abdullah Saleh kembali ke Yaman. Namun, upaya kubu oposisi itu masih sebatas wacana. Belum ada langkah konkret seperti pendudukan bandara di seantero Yaman untuk mencegah pesawat yang membawa Abdullah Saleh mendarat di Yaman nanti.

Kroni mencengkeram

Langkah konkret apa pun menuju penggulingan kekuasaan Abdullah Saleh tentu berisiko. Para loyalis Abdullah Saleh masih cukup kuat. Putra-putra dan keluarga dekatnya masih memegang kendali berbagai satuan militer penting di negara itu. Perang saudara lebih luas kemungkinan besar terjadi di Yaman antara kubu loyalis dan kontra-Abdullah Saleh.

Akan tetapi, pemimpin redaksi harian independen Ahali yang terbit di Yaman, Ali al-Jaradi, mengatakan, ada dua opsi yang mungkin bisa membuat Yaman terhindar dari perang saudara secara luas.

Salah satu cara adalah Wakil Presiden Mansour Hadi harus berani memanfaatkan amanat konstitusi yang dia pegang saat ini. Dia otomatis berstatus sebagai penjabat presiden ketika presiden berhalangan bertugas karena sakit atau meninggal dunia.

Ini konstitusional dan bermanfaat baginya untuk melakukan langkah demi peralihan kekuasaan secara damai. Langkah ini memang bisa dianggap sebagai tindakan kudeta, tetapi pasti mendapat dukungan internasional, regional, dan internal. Legitimasi pemerintahan Abdullah Saleh sudah merosot akibat aksi unjuk rasa antirezim selama empat bulan terakhir ini.

Cara lain adalah dengan membentuk dewan militer, yang akan mengambil alih kekuasaan seperti yang terjadi di Mesir. Menurut Al-Jaradi, upaya mediasi seperti pola proposal damai Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) sudah tidak berguna lagi karena terbukti beberapa kali gagal.

Adapun tokoh oposisi dari forum bersama, Said Shamsan, mengimbau segera dibentuk dewan transisi yang beranggotakan semua elemen masyarakat di Yaman. Menurut Shamsan, Wapres Mansour Hadi kini punya otoritas membentuk dewan transisi itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com